Jumat, 07 April 2023

4 Peribahasa tentang Pergaulan yang Melemahkan

Di era media sosial begini, hati-hati memilih pergaulan. Karena banyak tempat pergaulan hanya berisi orang-orang yang melemahkan. Hari-harinya hanya dipenuhi pikiran dan kata-kata negatif. Teman di grup WA atau medsos yang kerjanya prasangka, pikiran buruk, dan ocehan tidak penting. Tanpa aksi nyata, hanya besar di media sosial. Maka, hati-hati memilih teman di zaman begini.

 

Bulan puasa itu untuk muhasabah diri. Introspeksi diri, agar mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk? Termasuk untuk “berhitung kembali”, siapa yang pantas jadi teman dan siapa yang tidak lagi pantas? Apalagi orang-orang yang jadi toxic alias racun, sebaiknya dijauhkan. Bersikap tegas dalam pergaulan itu penting di zaman begini.

 

Sebelum mengambil sikap dalam pergaulan, mungkin 4 (empat) peribahasa ini bisa jadi inspirasi akan pentingnya memilih pergaulan. Peribahasa tentang pergaulan di era kekininan yang patut dijadikan bahan renungan.

 

1.      Birds of a feather flock together.

Burung-burung itu hanya akan berkawan dengan jenis yang sama. Itu berarti, seseorang akan memiliki sifat yang sama dengan sifat teman-temannya dalam satu kelompok di mana ia berada. Maka, bila kelompok bergaul itu sudah tidak banyak manfaatnya, sudah saatnya mengambil sikap untuk “pergi”.

 

2.      Cang ying bu ding wu feng dan.

Lalat tidak pernah hinggap pada telur yang tidak retak. Artinya, seseorang yang tidak baik cenderung mengundang teman-teman yang tidak baik pula. Jadi, sudah saatnya “menjauh” dari pergaulan yang tidak baik apapun konsekuensinya.  

 

3.      Suul Khuluqi Yu’di 

Perangai jelek itu menular kepada kawannya. Itu berarti, setiap perbuatan buruk yang dilakukan seoarang teman maka berpotensi menular kepada temannya. Maka, berhati-hatilah dalam memilih teman. Karena sifat teman kita lambat laun akan menjadi sifat kita  juga. Harus ada keberanian untuk “menyetop” pergaulan yang buruk, sekalipun ada di teman dekat kita.

 

4.      Ojo cedhak kebo gupak.

Jangan dekat-dekat dengan kerbau yang kotor. Artinya, jangan coba-coba masuk dalam kelompok pergaulan yang kurang berbudi pekerti. Karena akan mempengaruhi diri kita sendiri. Ketika pergaulan sudah mengarah maksiat dan mudarat, tidak ada manfaatnya maka saatnya menjauhinya. Agar tidak terpengaruh dari pergaulan buruk tersebut.


 

Semua itu memang hanya peribahasa. Tapi bila dicermati, mungkin fenomena pergaulan seperti itu ada di dekat kita. Maka ilihlah pergaulan yang bermanfaat, yang menjunjung tinggi kebaikan. Karena baik atau buruk seseorang sangat bergantung pada pergaulannya.

 

Maka sebagai hikmah puasa, kasihanilah diri kita sendiri. Untuk tidak terlalu banyak bergaul dengan orang-orang yang hanya melemahkan. Kan katanya, kita dibentuk oleh lingkungan di mana kita berada. Maka saatnya memilih lingkungan pergaulan yang buruk. Dan harus lebih hati-hati. Terkadang atas nama pertemanan, teman-teman dekat itulah yang sering “menikam” selalu tepat sasaran. Banyak orang tertipu dengan senyum teman dekatnya sendiri saat berjumpa.

 

Harus ada prinsip dalam pergaulan. Jauhi pergaulan yang banyak mudaratnya, dekati pergaulan yang banyak maslahatnya. Bijalha dalam pergaulan, di mana pun dan kapan pun. Jadi, untuk apa masih bertahan pada pergaulan yang lebih banyak buruknya? Salam literasi

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar