Kamis, 02 Februari 2023

Jangan Berlato-lato (Berletih-letih) Ngurusin Orang Lain, Makna Mainan Lato-lato

Lato-latologi itu istilah yang saya buat sendiri. Setelah di gawai menemukan foto anak- anak TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor bermain lato-lato. Sebuah permainan yang lagi viral di kalangan anak-anak. Mainan murah tapi nggak semua orang bisa memainkannya. Maka jangan dicari istilah “lato-latologi” di kamus, pasti tidak ada.

 

Sebagai pengelola taman bacaan, saya tertarik menuliskan tentang permainan lato-lato. Bukan soal mainan kampungan atau berisik. Tapi ada pesan yang pas untuk pegiat literasi di taman bacaan. Sebut saja, pelajaran lato-lato di taman bacaan. Namanya lato-latologi, kira-kira begitu.

 

Pertama, anak-anak jadi lebih asyik dan percaya diri akibat main layo-lato. Sekalipun harganya murah, lato-lato bisa menguasai aktivitas keseharian anak. Mampu menghindari anak-anak dari main gawai yang katanya mahal. Bebas pula dari nonton TV yang nggak berkualitas.

 

Terbukti, untuk asyik dan percaya diri nggak harus barang-barang mewah atau mahal. Lato-lato yang murah pun bisa kok bikin anak-anak senang, kenapa nggak? Maka nggak usah pesimis bila nggak punya uang atau modal, kita bisa ciptakan keasyikan versi kita sendiri. Kayak anak-anak yang main lato-lato.

 

Kedua, anak-anak jadi paham arti kebersamaan saat main lato-lato. Karena lato-lato itu bisa dimainkan dengan dua bola. Mana mungkin main lato-lato dengan satu bola, nggak bakal bisa kan. Main lato-lato itu sukses bila dua bola secara bersama saling berbenturan. Hingga ada suaranya dan jadi lebih asyik dilihatnya.

 

Nah, di taman bacaan atau apapun dalam hidup itu akan lebih bermakna jika dikerjakan bersama. Contohnya di taman bacaan, ada yang mengurus, ada yang donasi buku, ada yang CSR. Intinya kolaborasi di TBM, insya Allahsemuanya jadi ringan dan mudah. Dan pahalanya pun banyak, karena berjamaah.

 

Ketiga, saat main lato-lato, anak-anak terlihat punya jiwa semangat untuk bertindak. Sekalipun nggak tahu ilmunya, mereka langsung menggoyang di jari dan mengadu bola jadi permainan asyik. Main lato-lato cukup dilakukan saja tanpa teori.

 

Artinya, hidup itu nggak usah banyak teori. Cukup langsung bertindak saja. Kadang kebanyakan teori malah bikin takut bertindak. Mau buka taman bacaan butuh belajar dulu. Mau menulis harus baca 100 buku. Mau jualan pikir ini pikir itu. Belajar dari lato-lato, langsung bertindak. Mahir itu karena praktik, bukan karena teori.

 

Keempat yang paling penting, karena main lato-lato, anak-anak pun belajar pentingnya menilai orang lain secara seimbang. Sebagai mainan, lato-lato juga punya kekurangan seperti berisik karena suaranya, talinya pun rawan putus, apalagi bolanya bila mengenai kepala. Tapi di balik itu, lato-lato juga punya kelebihan. Yaitu mampu mengurangi intensitas anak-anak yang candu gawai. Tidak lagi mabuk handphone karena lato-lato itu positif banget. Bahkan semangat sosialisasi karena main lato-layo bersama-sama itu seru kan.

 


Begitulah sekilas “lato-latologi” versi taman bacaan. Agar bisa belajar tentang makna bermain lato-lato di anak-anak. Ketimbang mempersoalkan mainan tradisional yang dianggap murah dan tidak wah.

 

Daripada berlato-lato (berletih-letih) memikirkan urusan orang lain. Lebih baik melato-latokan (latih-latih) diri untuk selalu berpikir positif dan menebar perbuatan baik untuk orang lain. Agar kita, lebih banyak aksi ketimbang berlato-lato (berkata-kata) saja. Salam literasi #TamanBacaan #MainanLatoLato #TBMLenteraPustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar