Semua pasar dan kantor di Papua, buka lebih awal 2 jam daripada di Jakarta. Semua itu bukan karena orang Papua lebih rajin dan orang Jakarta. Tapi karena semua yang ada di dunia ini sudah ada aturannya, ada kadarnya. Ada yang kerja mati-matian tapi hasilnya segitu saja. Ada yang kerjanya biasa-biasa saja tapi hasilnya luar biasa. Karena semua sudah ada takarannya.
Semua yang ada dan terjadi di dunia ini sudah ada
kadarnya. Ada ketentuannya, sesuai dengan takarannya. Ukurannya sudah pas untuk
manusianya. Karena “Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan
dengan qadar (ukuran, aturan)” (QS. Al Qamar: 49). Apapun itu, Allah SWT
telah menentukan segala sesuatu di dunia ini dengan aturan yang pasti
dan dengan ukuran yang pas. Tidak ada yang kebetulan, yang ada kesengajaan
Allah SWT untuk hamba-Nya. Kadar itulah bentuk hubungan sebab-akibat. Segala
sesuatu sudah ada kadarnya. Maka, besar atau kecil, banyak atau sedikit itu
terjadi sesuai dengan kadar yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Emas itu kadarnya adalah karat. Manusia itu kadarnya
manfaat. Wajib hukumnya untuk siapapun beriman pada kadar yang Allah SWT
berikan. Sambil terus memperbaiki niat dan memperbagus ikhtiar. Untuk lebih
giat dan aktif dalam meraih kadar-kadar Allah SWT atas dasar menebar manfaat
dan kebaikan kepada sesama-Nya. Agar menjadi manusia yang paling bermanfaat
untuk orang lain. Karenanya Rasulullah SAW
bersabda, “Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya
bagi orang lain” (H.R. Bukhari). Pesan pentingnya adalah “teruslah mencari
jalan untuk memberi manfaat kepada sesama, jangan pernah melemah untuk menjadi pribadi penuh manfaat”.
Banyak manusia bertabur segudang rencana baik,
niatnya pun baik. Tapi sayang, tidak diimbangi aksi nyata. Tanpa diikuti
eksekusi yang bermanfaat. Akhirnya hanya mampu berkomentar apa yang dilakukan
orang lain. Manusia begitu, pasti kadarnya rendah. Karena tidak ada manfaatnya.
Sekali lagi, kadar manusia itu pada manfaatnya. Apa manfaatnya untuk orang
lain?
Menggapai kadar Allah SWT itulah yang diemban
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Untuk
menebar manfaat dan membangun kepedulian terhadap sesama. Untuk menyediakan
akses bacaan kepada anak-anak kampung, memberantas buta aksara yang masih ada
di masyarakat, membuka kelas prasekolah setingkat PAUD, menjadi tempat
aktualisasi diri anak difabel, membina anak-anak yatim dan kaum jompo, hingga membuat
kopetasi simpan pinjam sebagai ikhtiar menghindari masyarakat dari praktik
rentenir auat utang berbugan tinggi. Semua dilakukan TBM Lentera Pustaka untuk
menebar manfaat kepada sesama. Hingga kadar manfaatnya lebih meningkat di sisi
Allah SWT.
Sungguh, kadar Allah SWT pasti dapat
diraih bukan hanya bermodalkan “perjuangan” semata. Tapi membutuhkan “kepedulian”
dan “pengabdian” yang konsisten dan sepenuh hati. Untuk menebar manfaat lebih
baik dan lebih besar lagi. Karena apalah arti ijazah bertumpuk, bila kepedulian
tidak dipupuk.
Patut direnungkan siapapun, Untuk menjadi manusia dengan
kadar manfaat yang tinggi. Bukan sekadar wajah dan fisik seonggok daging
berbungkus kulit yang hadir di muka bumi tanpa manfaat apapun. Sebab khoirunnas anfauhum linnas, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Salam
literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar