Banyak orang tidak tahu, apa itu TBM? Tidak sedikit pula orang yang tidak peduli kepada taman bacaan. Di mana pun, atas alasan apapun. Ada yang bertanya, apa sih yang dilakukan di taman bacaan? Hari begini zaman sudah serba digtal kok masih mau-maunya mengajak anak-anak membaca buku manual. Itulah bukti bahwa TBM atau taman bacaan memang tidak populer.
TBM memang bukan panggung popularitas. Taman bacaan sudah
pasti bukan tempat untuk mencari ketenaran. Karena bagi pegiat literasi, TBM
adalah jalan sunyi pengabdian. Tempat untuk menebar manfaat kepada orang lain. TBM
sebagai tempat mengabdi kepada banyak orang, tentu bagi mereka yang
memahaminya. Sekali lagi, taman bacaan memang tidak popular. Tapi mampu jadi
tempat hidup yang bermanfaat.
Siapa pun, saat berada di taman bacaan, pasti sudi
menyediakan waktu, pikiran, dan tenaga. Bahkan tidak sedikit yang berkorban
uang. Hidup di taman bacaan bekerja seperti “akar”. Rela memberi segalanya,
asal pohon dapat tumbuh dan tidak pernah melihatnya. Akar yang memberi tanpa pernah
meminta kembali, TBM atau taman bacaan sama sekali tidak popular, tidak pula
mengharap pujian dari siapapun. TBM hanya berbuat untuk kebaikan melalui
buku-buku bacaan.
Spirit TBM atau taman bacaan adalah "Sebaik-baiknya manusia
adalah yang paling bermanfaat terhadap manusia lainnya". Begitu hadist Nabi
Muhammad SAW. Maka siapa pun dan di mana pun. Jadilah pribadi yang berani
memberi manfaat kepada sesama. Rela bertindak baik dan ikhlas memberi kepada
siapapun. Seperti pepatah “Bila tidak mampu menjadi akar yang pohonnya
menghasilkan banyak buah. Maka jadilah akar yang menopang pohon untuk memberi
keteduhan bagi yang lelah”. Maka siapa pun, jika tidak mampu menjadi bunga,
maka jangan lah menjadi duri.
Seperti misi sosial yang
dijalankan TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Sejak berdiri 5
tahun lalu, hanya menjalankan 1 program yaitu taman bacaan dengan 14 anak
pembaca aktif. Tapi kini telah mengelola 14 program literasi, seperti 1) TABA
(TAman BAcaan) dengan 130 anak pembaca aktif dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari,
Sukajaya), 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar,
3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak usia prasekolah, 4) YABI (YAtim
BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 5)
JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 2
anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 28 kaum ibu agar terhindar dari
jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU
(RAjin menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet
sehat, 11) LITFIN (LITerasi FINansial), 12) LIDAB (LIterasi ADAb), 13) MOBAKE
(MOtor BAca KEliling), dan 14) Rooftop Baca. Tidak kurang dari 250 orang
menjadi pengguna layanan TBM Lentera Pustaka setiap minggunya, 6 hari dalam
seminggu. Didukung 5 wali baca dan 15 relawan yang membantu. Karena TBM
dijadikan ladang amal untuk semua orang. Jadi jelas, TBM atau taman bacaan memang
tidak populer. Tapi mampu jadi tempat untuk hidup lebih bermanfaat kepada orang
lain.
Karena
di sekitar kita, masih ada orang-orang yang gemar memprioritaskan jadwal
(rencana) tanpa eksekusi. Di taman bacaan, setidaknya pegiat literasi sudah bertindak
dan melakukan aksi nyata yang bukan lagi sebatas niat baik. Karena dalam hidup,
yang penting bukan berjuang untuk "rencana". Tapi berjuang untuk
"eksekusi". Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi
#TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar