Selasa, 01 November 2022

Taman Bacaan Memang Tidak Populer tapi Jadi Tempat Hidup Lebih Bermanfaat

Banyak orang tidak tahu, apa itu TBM? Tidak sedikit pula orang yang tidak peduli kepada taman bacaan. Di mana pun, atas alasan apapun. Ada yang bertanya, apa sih yang dilakukan di taman bacaan? Hari begini zaman sudah serba digtal kok masih mau-maunya mengajak anak-anak membaca buku manual. Itulah bukti bahwa TBM atau taman bacaan memang tidak populer.

 

TBM memang bukan panggung popularitas. Taman bacaan sudah pasti bukan tempat untuk mencari ketenaran. Karena bagi pegiat literasi, TBM adalah jalan sunyi pengabdian. Tempat untuk menebar manfaat kepada orang lain. TBM sebagai tempat mengabdi kepada banyak orang, tentu bagi mereka yang memahaminya. Sekali lagi, taman bacaan memang tidak popular. Tapi mampu jadi tempat hidup yang bermanfaat.

 

Siapa pun, saat berada di taman bacaan, pasti sudi menyediakan waktu, pikiran, dan tenaga. Bahkan tidak sedikit yang berkorban uang. Hidup di taman bacaan bekerja seperti “akar”. Rela memberi segalanya, asal pohon dapat tumbuh dan tidak pernah melihatnya. Akar yang memberi tanpa pernah meminta kembali, TBM atau taman bacaan sama sekali tidak popular, tidak pula mengharap pujian dari siapapun. TBM hanya berbuat untuk kebaikan melalui buku-buku bacaan.

 

Spirit TBM atau taman bacaan adalah "Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat terhadap manusia lainnya". Begitu hadist Nabi Muhammad SAW. Maka siapa pun dan di mana pun. Jadilah pribadi yang berani memberi manfaat kepada sesama. Rela bertindak baik dan ikhlas memberi kepada siapapun. Seperti pepatah “Bila tidak mampu menjadi akar yang pohonnya menghasilkan banyak buah. Maka jadilah akar yang menopang pohon untuk memberi keteduhan bagi yang lelah”. Maka siapa pun, jika tidak mampu menjadi bunga, maka jangan lah menjadi duri.

 


Seperti misi sosial yang dijalankan TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Sejak berdiri 5 tahun lalu, hanya menjalankan 1 program yaitu taman bacaan dengan 14 anak pembaca aktif. Tapi kini telah mengelola 14 program literasi, seperti 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 130 anak pembaca aktif dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya), 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak usia prasekolah, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 2 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 28 kaum ibu agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 11) LITFIN (LITerasi FINansial), 12) LIDAB (LIterasi ADAb), 13) MOBAKE (MOtor BAca KEliling), dan 14) Rooftop Baca. Tidak kurang dari 250 orang menjadi pengguna layanan TBM Lentera Pustaka setiap minggunya, 6 hari dalam seminggu. Didukung 5 wali baca dan 15 relawan yang membantu. Karena TBM dijadikan ladang amal untuk semua orang.  Jadi jelas, TBM atau taman bacaan memang tidak populer. Tapi mampu jadi tempat untuk hidup lebih bermanfaat kepada orang lain.

 

Karena di sekitar kita, masih ada orang-orang yang gemar memprioritaskan jadwal (rencana) tanpa eksekusi. Di taman bacaan, setidaknya pegiat literasi sudah bertindak dan melakukan aksi nyata yang bukan lagi sebatas niat baik. Karena dalam hidup, yang penting bukan berjuang untuk "rencana". Tapi berjuang untuk "eksekusi". Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar