Selasa, 04 Oktober 2022

Tips Membangun Budaya Literasi di Indonesia?

Hari ini baca berita di Detik.com (4/10/2022) tentang perilaku penumpang Indonesia di pesawat Qatar Airways dinilai meresahkan. Mereka buru-buru berdiri dan mengambil bagasi kabin padahal pesawat belum parkir. Tegas saja, literasi nggak usah dari yang muluk-muluk. Pesawat belum parkir kok udah berdiri aja, mau ambil koper. Seperti penonton turun ke lapangan sepakbola dong. Mau ngapain? Jadi, literasi itu mulai aja dari yang kecil dan sederhana. Mulai dari diri sendiri, dari hal-hal kecil dan sederhana.

 

Literasi itu artinya mampu memahami realitas dan mengerti keadaan. Cukup dimulai dari hal kecil dan sederhana. Mau antre sesuai giliran. Berani tidak membuang sampah sembarangan. Bahkan harus sabar, apapun kondisinya. Termasuk menerima realitas bila kalah dalam suatu pertandingan. Seperti tragedi Kanjuruhan Malang yang menelan banyak korban jiwa pun akibat diabaikannya literasi. Pak Polisi harusnya nggak perlu pakai gas air mata, penonton juga dilarang turun ke lapangan. Bahkan penyelenggara kok pintu stadion ditutup. Gimana nggak ricuh keadaannya? Jadi, semuanya harus literat.

 

Tips membangun budaya literasi itu sederhana. Mulai saja dari 3M. Mulai dari hal-hal kecil. Mulai dari sekarang. Mulai dari diri sendiri. Tidak usah menyuruh orang lain, bila diri sendiri belum memulainya. Pilpres baru tahun 2024, hari gini udah ngomongin calon. Siapa mau jadi apa? Akhirnya jadi bikin gaduh semua orang. Apa saja jadi dikomentarin. Karena nggak literat, jadi banyak hal yang tidak produktif digemari. Urusan pilpres masih lama. Kayak umurnya sampai ke tahun 2024 saja.

 


Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak pun begitu. Tugasnya sediakan akses bacaan. Biar tumbuh minat baca. Tidak usah ajak semua anak untuk membaca buku. Cukup yang mau membaca saja di taman bacaan. Mengerjakan praktik baik yang jadi bagian taman bacaan. Mulai dari membangun tradisi baca secara rutin, mengajari anak kelas prasekolah, bahkan memberantas buta aksara yang masih tersisa. Toh, taman bacaan tidak bertanggung jawab terhadap masa depan mereka. Tapi hanya memfasilitasi masyarakat bila mau membaca ke taman bacaan.

 

Ngomong literasi nggak usah tinggi-tinggi. Cukup yang membumi saja. Hal-hal kecil dan sederhana yang sering diabaikan masyarakat. Seperti pesawat belum parkir kok sudah berdiri aja, mau ngapain? Komitmen berbuat baik dari hal yang paling mendasar. Bicara yang sopan, tidak usah teriak-teriak. Omong apa adanya, jangan ngomong di belakang. Bahkan bila ada orang yang salah pun sebaiknya diberi tahu yang benar. Bukan malah digibahin atau dibiarin. Literasi itu universal, asal motifnya kebaikan. Lebih punya manfaat untuk orang baik.

 

Oke kalau begitu. Literasi cukup yang sederhana saja dan muali dari diri sendiri. Jadi,  sebenarnya kita sudah literat belum sih? Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar