Sebelum bisa mencapai tujuan, siapapun harus berproses terlebih dahulu. Taman bacaan pun begitu. Berproses mengajak anak-anak membaca, mengumpulkan buku-buku, menyusun program literasi, hingga mensosialisasikan ke warga sekitar. Semuanya butuh proses.
Jadi, apapun tidak usah buru-buru ingin punya hasil.
Nikmati saja proses berliterasi di taman bacaan. Jalani dan terus evaluasi
hingga taman bacaan bisa menemukan jalannya sendiri. Faktanya, tidak akan ada
hasil tanpa ada proses. Toh, “proses tidak akan pernah mengkhianati hasil”.
Siapa pun yang saat ini sedang berproses untuk mencapai sesuatu. Maka suatu
hari nanti, pasti akan mendapatkan hasilnya. Tidak akan pernah tertukar. Siapa
yang menanam pasti dia yang memanen!
Taman bacaan nggak usah peduli omongan orang. Jalani
proses apapun di taman bacaan. Suka duka, pahit manis berjuang di taman bacaan
itu pelajaran. Bahwa menebar kebaikan menabur manfaat untuk orang lain itu tidak
mudah. Selalu ada tantangannya, bahkan kadang menggemaskan. Maka jalani
prosesnya di taman bacaan. Di mana pun, selalu ada yang tetap mendoakan ada
pula yang menjatuhkan.
Berproses di taman bacaan, itulah yang dijalani TBM
Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Saat berdiri 5 tahun lalu, TBM
Lentera Pustaka hanya punya 1 program yaitu taman bacaan dengan 14 anak pembaca
aktif. Tapi siapa sangka di tahun 2022 ini, TBM Lentera Pustaka telah menjalani
14 program literasi yang luar biasa, yaitu:
1. TABA
(TAman BAcaan) dengan 130 anak pembaca aktif dari 3 desa (Sukaluyu, tamansari,
Sukajaya). Dengan waktu baca 3 kali seminggu.
2. GEBERBURA
(GErakan BERantas BUta aksaRA) yang diikuti 9 warga belajar buta huruf dengan
waktu belajar 2 kali seminggu.
3. KEPRA
(Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak usia prasekolah atau PAUD dengan waktu
belajar 2 kali seminggu.
4. YABI
(YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni setipa bulan dan 4
diantaranya mendapat beasiswa belajar, dari siswa SD hingga perguruan tinggi.
5. JOMBI
(JOMpo BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut yang tidak berpenghasilan dan
mendapatkan santunan bulanan.
6. TBM Ramah
Difabel dengan 2 anak difabel sebagai sarana aktualisasi diri dan bermain di
taman bacaan
7. KOPERASI
LENTERA dengan 28 ibu-ibu anggota koperasi simpan pinjam sebagai upaya
pemberdayaan ekonomi dan menghndari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi.
8. DonBuk
(Donasi Buku) untuk menerima dan menyalurkan buku-buku bacaan
9. RABU
(RAjin menaBUng) untuk mengajarkan pentingnya menabung dan hidup hemat kepada
anak-anak.
10. LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara
internet sehat dan teknologi informasi seminggu sekali ke setiap anak.
11. LITFIN
(LITerasi FINansial) sebagai sarana edukasi literasi keuangan akan pentingnya
mengelola keuangan sejak dini.
12. LIDAB
(LIterasi ADAb) sebagai sarana mengajarkan adab ke anak-anak seperti memberi
salam, mencium tangan, berkata-kata santun, dan budaya antre.
13. MOBAKE
(MOtor BAca KEliling) untuk sediakan akses bacaan ke kampung-kampung.
14. Rooftop
Baca, tempat membaca di lantai dua dengan view Gunung Salak.
Sekali lagi, jalani saja
proses di taman bacaan. Karena tidak hasil yang optimal tanpa didukung proses
yang sungguh-sungguh. Faktanya, banyak taman bacaan dikelola setengah hati.
Komitmennya hanya separuh maka konsistensinya pun terabaikan. tidak didukung
proses yang memadai.
Proses adalah kata kunci di
taman bacaan. Harus terus ditegakkan, harus terus dikobarkan. Dan di taman
bacaan, jangan pedulikan omongan orang. Apalagi orang-orang yang tidak mau
membantu, abaikan saja mereka. Karena yang tahu proses di taman bacaan, hanya
Allah SWT dan pegiat literasi itu sendiri. Oke? Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi
#TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar