Rabu, 17 Agustus 2022

Merdeka di Mata Pegiat Literasi Taman Bacaan, Seperti Apa?

Merdeka hari ini, memang tidak lagi soal mengusir penjajah. Tapi kini, merdeka sering dimaknai dengan segala hal yang bersifat material-duniawi. Merdeka katanya uang, kaya, popularitas. Bahkan merdeka dianggap sama dengan gaya hidup. Semakin bergaya semakin merdeka. Semakin kaya semakin merdeka. Katanya, merdeka itu soal eksistensi dunia. Apa iya begitu?

 

Ada banyak persepsi dan alasan tentang merdeka. Tapi sedikit ulasan yang memaknai merdeka sebagai cara menghargai waktu. Sehingga banyak waktu yang hilang. Waktu yang sia-sia dan tidak akan kembali lagi. Menghargai waktu sebagai harta yang paling berharga, itulah merdeka yang sesungguhnya. Bukan waktu adalah uang. Tapi waktu adalah apa yang dilakukan dan untuk apa dikerjakan?

 

Merdeka adalah waktu. Waktu sebagai nafas. Karena nafas yang sudah terlewat tidak akan bisa kembali. Waktu adalah ibadah. Karena waktu yang selalu digunakan berniali ibadah dan untuk kemaslahatan orang banyak. Belajar untuk menghargai waktu. Apapun profesiinya, apapun aktivitasnya. Semua berawal dan berakhir dari cara menghargai waktu. Bahkan waktu pula yang akan menuntun siapa pun ke pintu kematiannya.

 

Sadar akan pentingnya waktu. Maka pegiat literasi di taman bacaan selalu menjadikan waktu sebagai pijakan. Untuk selalu berkiprah dalam menegakkan tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Waktu yang dipakai untuk menebar kebaikan, sekalipun hanya membimbing anak-anak yang membaca. Atau berkegiatan di taman bacaan. Sebagai cara menghargai waktu. Merdeka adalah berani menggunakan waktu untuk kebaikan secara konkret. Begitu yang dijalani di taman bacaan.

 

Di taman bacaan, siapa pun tersadarkan. Bahwa waktu di dunia itu justru akan semakin dijauhi. Waktu liang kubur itulah yang kian didekati. Satu hari berlalu, berarti satu hari pula usiaa berkurang. Jatah hidup di dunia yang kian habis. Usia yang tersisa bisa jadi begitu berniali bagi pemiliknya. Sebab esok hari, belum tentu waktu itu hadir kembali. Maka,jangan biarkan waktu berlalu tanpa kebaikan yang bisa dilakukan.  

 


Siapa pun, jangan tertipu dengan usia muda. Karena syarat untuk mati tidaklah harus tua. Siapa pun, jangan terperdaya dengan badan sehat. Karena syarat mati tidak pula harus sakit. Jangan terlena dengan harta, pangkat, dan jabatan. Karena syarat matu tidak butuh harta, pangkat, dan jabatan. Karena itu, manfaatkanlah waktu yang tersisa untuk berbuat kebaikan, di mana saja dan kapan saja.

 

Tidak usah risau. Atas waktu yang digunakan untuk kebaikan. Karena Allah SWT pun akan menjanjikan kebaikan. Sakit akan disembuhkan. Gagal akan diubah jadi berhasil. Sedih dijadikan Bahagia. Duka berubah jadi suka. Asal mampu memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang baik. Seperti yang dilakukan pegiat literasi di taman bacaan. Selalu menghargai waktu yang ada dan tersisa.

 

Waktu untuk kebaikan, itulah merdeka. Walau nyatanya, perbuatan baik jarang diingat. Tapi perbuatan buruk pun jarang dilupakan. Maka, gunakanlah waktu untuk kebaikan. Sekalipun tidak diperlakukan baik orang orang lain. Biarkan waktu yang akan membuktikannya.

 

Jadikanlah waktu seperti akar yang tidak terlihat tapi tetap menyokong kehidupan. Jadikanlah waktu seperti jantung yang tidak terlihat tapi terus berdenyut setiap saat tanpa henti. Hingga membuat siapa pun terus hidup sampai batas waktunya untuk berhenti. Waktu yang digunakan untuk kebaikan.

 

Merdeka itu menghargai waktu. Prinsip itulah yang dijunjung tinggi di taman bacaan. Memang nasib tidak bisa diduga, takdir pun tidak bisa diubah. Tapi waktu yang diniatkan untuk ikhtiar dan doa yang baik pasti bisa mengubah segalanya. Literat itu WAKTU. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar