Merdeka hari ini, memang tidak lagi soal mengusir penjajah. Tapi kini, merdeka sering dimaknai dengan segala hal yang bersifat material-duniawi. Merdeka katanya uang, kaya, popularitas. Bahkan merdeka dianggap sama dengan gaya hidup. Semakin bergaya semakin merdeka. Semakin kaya semakin merdeka. Katanya, merdeka itu soal eksistensi dunia. Apa iya begitu?
Ada
banyak persepsi dan alasan tentang merdeka. Tapi sedikit ulasan yang memaknai
merdeka sebagai cara menghargai waktu. Sehingga banyak waktu yang hilang. Waktu
yang sia-sia dan tidak akan kembali lagi. Menghargai waktu sebagai harta yang
paling berharga, itulah merdeka yang sesungguhnya. Bukan waktu adalah uang. Tapi
waktu adalah apa yang dilakukan dan untuk apa dikerjakan?
Merdeka
adalah waktu. Waktu sebagai nafas. Karena nafas yang sudah terlewat tidak akan
bisa kembali. Waktu adalah ibadah. Karena waktu yang selalu digunakan berniali
ibadah dan untuk kemaslahatan orang banyak. Belajar untuk menghargai waktu.
Apapun profesiinya, apapun aktivitasnya. Semua berawal dan berakhir dari cara
menghargai waktu. Bahkan waktu pula yang akan menuntun siapa pun ke pintu
kematiannya.
Sadar
akan pentingnya waktu. Maka pegiat literasi di taman bacaan selalu menjadikan waktu
sebagai pijakan. Untuk selalu berkiprah dalam menegakkan tradisi baca dan
budaya literasi masyarakat. Waktu yang dipakai untuk menebar kebaikan,
sekalipun hanya membimbing anak-anak yang membaca. Atau berkegiatan di taman
bacaan. Sebagai cara menghargai waktu. Merdeka adalah berani menggunakan waktu
untuk kebaikan secara konkret. Begitu yang dijalani di taman bacaan.
Di
taman bacaan, siapa pun tersadarkan. Bahwa waktu di dunia itu justru akan
semakin dijauhi. Waktu liang kubur itulah yang kian didekati. Satu hari
berlalu, berarti satu hari pula usiaa berkurang. Jatah hidup di dunia yang kian
habis. Usia yang tersisa bisa jadi begitu berniali bagi pemiliknya. Sebab esok
hari, belum tentu waktu itu hadir kembali. Maka,jangan biarkan waktu berlalu tanpa
kebaikan yang bisa dilakukan.
Siapa pun, jangan tertipu dengan usia muda. Karena syarat untuk mati tidaklah harus tua. Siapa pun, jangan terperdaya dengan badan sehat. Karena syarat mati tidak pula harus sakit. Jangan terlena dengan harta, pangkat, dan jabatan. Karena syarat matu tidak butuh harta, pangkat, dan jabatan. Karena itu, manfaatkanlah waktu yang tersisa untuk berbuat kebaikan, di mana saja dan kapan saja.
Tidak
usah risau. Atas waktu yang digunakan untuk kebaikan. Karena Allah SWT pun akan
menjanjikan kebaikan. Sakit akan disembuhkan. Gagal akan diubah jadi berhasil.
Sedih dijadikan Bahagia. Duka berubah jadi suka. Asal mampu memanfaatkan waktu
untuk hal-hal yang baik. Seperti yang dilakukan pegiat literasi di taman
bacaan. Selalu menghargai waktu yang ada dan tersisa.
Waktu
untuk kebaikan, itulah merdeka. Walau nyatanya, perbuatan baik jarang diingat.
Tapi perbuatan buruk pun jarang dilupakan. Maka, gunakanlah waktu untuk
kebaikan. Sekalipun tidak diperlakukan baik orang orang lain. Biarkan waktu
yang akan membuktikannya.
Jadikanlah
waktu seperti akar yang tidak terlihat tapi tetap menyokong kehidupan. Jadikanlah
waktu seperti jantung yang tidak terlihat tapi terus berdenyut setiap saat
tanpa henti. Hingga membuat siapa pun terus hidup sampai batas waktunya untuk
berhenti. Waktu yang digunakan untuk kebaikan.
Merdeka itu menghargai waktu. Prinsip itulah yang dijunjung
tinggi di taman bacaan. Memang nasib tidak bisa diduga, takdir pun tidak bisa
diubah. Tapi waktu yang diniatkan untuk ikhtiar dan doa yang baik pasti bisa
mengubah segalanya. Literat itu WAKTU. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi
#TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar