Katanya, buku adalah jendela dunia. Katanya lagi, buku juga jembatan ilmu untuk menghubungkan pengetahuan dengan kehidupan nyata. Orang pintar pun katanya dekat dengan buku. Tapi sayang, nyatanya buku tidak mudah diperoleh bagi anak-anak kampung. Coba renungkan, bagaimana cara anak-anak mendapatkan buku bacaan di zaman begini? Ke mana pula mereka bisa meng-akses buku bacaan?
Survei
membuktikan. Faktanya, 62,7% jumlah koleksi buku taman bacaan di Indonesia tidak
memadai. Sementara 27,5% menyatakan mungkin memadai dan hanya 9,8% saja yang
sudah memadai. Itu artinya, sebagian besar taman bacaan yang ada mengalami
masalah dengan koleksi buku. Tidak memiliki koleksi buku yang memadai. Baik dari
segi jumlah maupun jenis buku bacaan yang dibutuhkan. Itulah simpulan Survei
Tata Kelola Taman Bacaan yang dilakukan TBM Lentera Pustaka dan dijawab oleh
pegiat literasi di 33 lokasi di Indonesia.
Mengacu pada realitas
koleksi buku yang tidak memadai, maka suka tidak suka, gerakan literasi dan uapaya
meniingkatkan kegemaran membaca di Indonesia dihadapkan pada tantangan besar.
Selain masalah jumlah pembaca dan fasilitas taman bacaan yang masih bermasalah,
taman bacaan pun “ditekan” oleh persoalan jumlah koleksi buku bacaan. Padahal,
buku adalah nafas taman bacaan. Tanpa ketersediaan buku yang memadai, maka
taman bacaan pun jarang dikunjungi. Bahkan taman bacaan pun bisa “ditinggalkan”
masyarakatnya.
Jadi,
jangan menuding minat baca orang Indonesia rendah. Bila faktanya, ketersediaan
akses bacaan pun tidak mencukupi. Koleksi buku di taman bacaan masih bermasalah.
Maih minim anak-anak yang bisa menjangkau buku bacaan. Sehingga jadi sebab aktivitas
taman bacaan dan giat membaca kian terpinggirkan. Koleksi buku yang memadai,
itulah “pekerjaan rumah” terpenting gerakan literasi di Indonesia.
Karena itu, pegiat
literasi patut mengetuk hati dan pikiran banyak pihak akan pentingnya donasi
buku. Sikap peduli terhadap taman bacaan. Para donatur buku, korporasi maupun
pemerintah daerah di mana pun harus memberi atensi terhadap aktivitas taman
bacaan dan ketersediaan buku bacaan yang memadai. Karena buku adalah “harga
mati” eksistensi taman bacaan, di samping menjadi pemantik daya tarik anak-anak
untuk datang ke taman bacaan.
Maka ke depan, taman
bacaan harus terus berkolaborasi dengan semua pihak. Agar ketersediaan buku
bacaan makin lama makin memadai. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi
yang lebih baik untuk anak-anak Indonesia. Salam literasi #TBMLenteraPustaka
#TamanBacaan #BacaBukanMaen #DonasiBuku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar