Senin, 18 April 2022

Literasi Tudingan, Tanya Diri Sendiri Sehat atau Nggak?

Zaman boleh canggih, fasilitasnya digitalnya pun boleh hebat. Tapi itu semua bukan jaminan hidup orangnya jadi lebih sehat. Buktinya gampang, apa karena benci terus boleh mengeroyok dan melukai orang yang tidak disukainya? Tiap hari sibuk di medsos tapi hanya sibuk nge-share hoaks, fitnah, dan sedikit ujaran kebencian. Begitu viral, bilangnya hanya becanda. Tanya diri sendiri, saya sehat atau nggak?

Ada lagi anak muda di BEM SI, tiba-tiba menyebut “masyarakat dapat memperoleh kebebasan dan kesejahteraan di era Orde Baru”. Apa dia sudah lahir di zaman orba? Jadi apa dasar dia bicara begitu? Pengalaman, pengetahuan, atau perasaan? Ini bukan soal kritik atau kebebasan berbicara. Tapi soal sikap ilmiah. Sebuah sikap untuk berhati-hati dan tidak berbicara apa yang tidak dikuasai ilmunya. Maka saya pun harus bertanya lagi, saya sehat atau nggak?

Tanya diri sendiri dulu, sehat atau nggak?

Sehat itu kata penting untuk setiap orang. Sehat pikiran, sehat sikap, dan sehat perilaku dan ocehannya. Nasihatnya, internet disuruh sehat. Kompetisi yang sehat. Hidup disuruh sehat. Puasa maunya sehat. Tapi pikiran dan perilakunya kok malah tidak sehat. Hatinya pun sakit. Akibat sikap egosi dan merasa paling benar sendiri. Hidup, dalam pikirannya, seolah-olah isinya keburukan dan kejelekan. Orang lain buruk, bangsanya jelek, dan pemimpinnya selalu dibenci. Hingga lupa bersyukur dalam hidup, dan sulit membangun pikiran yang baik dan positif. Hari-hari hidupnya bermentalitas jadi “korban”. Lalu menyalahkan keadaan dan orang lain. Lebih baik bertanya pada diri sendiri, sehat atau nggak?

Jadi tanya pada diri sendiri saja, sehat atau nggak?

Anda selalu tidak suka pada orang yang Anda benci tapi meraih kesuksesan dan kemajuan. Anda selalu berharap dan berdoa agar orang yang Anda benci gagal dalam hidupnya. Anda bergembira bila musuh Anda mengalami masalah dan dilukai. Atau Anda menebar hoaks agar orang lain yang Anda benci bercitra buruk. Anda membangun opini buruk agar orang lain ikut atas kebencian yang Anda miliki. Bila begitu sikap Anda, lalu orang lain harus berdoa apa untuk Anda? Coba deh tanya diri sendiri dulu, Anda sehat atau nggak?

Katanya ini bulan puasa, bulannya ibadah. Tapi kenapa gagal menahan diri? Puasa itu bukan hanya menaham lapar dan haus, Tapi harus mampu menahan diri pula dari pikiran negatif, perilaku jelek, bahkan ocehan yang tidak berguna. Agar ibadah puasanya tidak sia-sia. Kan katanya ada hadistnya, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga (HR An-Nasa’i)”. Kok bisa? Tentu karena, orang yang berpuasa gagal mencegah dirinya dari hal-hal buruk. Puasa tapi tetap gibah, berpikir negatif, berkomentar buruk. Bahkan puasa tapi tidak sholat. Yah wajar, puasanya tidak mandapatkan pahala kecuali lapar dan dahaga.



Tanya diri sendiri, sehat atau nggak?

Seperti aktivitas taman bacaan dan literasi yang dilakukan TBM Lenteta Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Sekalipun perbuatan baik untuk menyediakan akses bacaan, taman bacaan pun tidak luput dari prasangka buruk dan kebencian. Dari orang-orang yang tidak suka dan membenci taman bacaan. Melarang anaknya membaca buku, membiarkan anak-anak yang putus sekolah lalu terjerembab pada pernikahan dini, nongkrong yang tidak jelas. Jangan membantu aktivitas taman bacaan, malah membencinya. Maka bertanyalah pada diri sendiri, saya sehat atau nggak?

Kadang, banyak orang makin aneh. Zaman makin canggih tapi makin berpikir kerdil.

Tidak suka melihat orang lain maju. Kerjanya mengintip laju orang lain. Tapi dirinya sendiri tidak melakukan apa pun. Lalu menuding orang lain curang, tidak becus, dan segudang tudingan buruk. Sehari-hari kerjanya membangun opini buruk dan menyebarkan ke banyak orang melalui media sosial atau grup-grup WA. Baca tulisan seperti ini pun langsung tersinggung. Tulisan literat yang isinya nasihat saja dibenci. Tapi motto hidupnya “katakanlah apa adanya sekalipun itu pahit”. Jadi memang nyata, ada kok orang-orang yang hidupnya bertentangan dengan akal sehat dan hati nurani. Karena jarang bertanya pada diri sendiri, saya sehat atau nggak sih?

Sehat itu berarti bebas dari sakit, waras, yang mendatangkan kebaikan pada badan. Normal dalam berpikir atau masuk akal bahkan dijalankan dengan hati-hati. Sehat itu cageur (Sunda), healthy (Inggris), صحي sihiy (Arab), 健康Jiànkāng (Cina) atau gesund (Jerman).  Jangan fisik sehat tapi hati dan pikirannya sakit. Hanya bisa mempermasalahkan tanpa mampu memberi solusi. Bila saya sehat dan Anda sehat, mari kendalikan diri. Tidak perlu berprasnagka buruk, apalagi menebar kebencian dan hoaks. Kan Anda yang bilang, bila tidak sama kenapa tidak boleh berbeda. Ikuti saja semua prosesnya dan terima lapang dada. Tidak perlu ada tendensi buruk. Percayalah, baik-buruk seseorang itu ganjarannnya akan kembali pada dirinya sendiri. Karena semuanya, sudah ada dalam ketentuan Allah SWT.

Jadi tanya diri sendiri saja, saya sehat atau nggak?

Mumpung di bulan puasa, jadi momen untuk muhasabah diri sambil menggembleng diri untuk jadi lebih baik di kemudian hari. Maaf lahir batin bila tidak berkenan ya. Hiduplah lebih sehat, lahir dan batin. Dan tebarkan terus pembelajaran hidup yang lebih cerdas, lebih sehat. Karena sejatinya, siapa pun itu jauh lebih sulit untuk membuat dirinya sendiri sehat daripada menuding orang lain sakit? Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar