Zaman
boleh canggih, fasilitasnya digitalnya pun boleh hebat. Tapi itu semua bukan
jaminan hidup orangnya jadi lebih sehat. Buktinya gampang, apa karena benci
terus boleh mengeroyok dan melukai orang yang tidak disukainya? Tiap hari sibuk
di medsos tapi hanya sibuk nge-share hoaks, fitnah, dan sedikit ujaran
kebencian. Begitu viral, bilangnya hanya becanda. Tanya diri sendiri, saya
sehat atau nggak?
Ada
lagi anak muda di BEM SI, tiba-tiba menyebut “masyarakat dapat memperoleh kebebasan dan kesejahteraan di era
Orde Baru”. Apa dia sudah lahir di zaman orba? Jadi apa dasar dia bicara
begitu? Pengalaman, pengetahuan, atau perasaan? Ini bukan soal kritik atau
kebebasan berbicara. Tapi soal sikap ilmiah. Sebuah sikap untuk berhati-hati
dan tidak berbicara apa yang tidak dikuasai ilmunya. Maka saya pun harus
bertanya lagi, saya sehat atau nggak?
Tanya diri sendiri dulu,
sehat atau nggak?
Sehat itu kata penting
untuk setiap orang. Sehat pikiran, sehat sikap, dan sehat perilaku dan ocehannya.
Nasihatnya, internet disuruh sehat. Kompetisi yang sehat. Hidup disuruh sehat. Puasa
maunya sehat. Tapi pikiran dan perilakunya kok malah tidak sehat. Hatinya pun sakit.
Akibat sikap egosi dan merasa paling benar sendiri. Hidup, dalam pikirannya, seolah-olah
isinya keburukan dan kejelekan. Orang lain buruk, bangsanya jelek, dan
pemimpinnya selalu dibenci. Hingga lupa bersyukur dalam hidup, dan sulit membangun
pikiran yang baik dan positif. Hari-hari hidupnya bermentalitas jadi “korban”.
Lalu menyalahkan keadaan dan orang lain. Lebih baik bertanya pada diri sendiri,
sehat atau nggak?
Jadi
tanya pada diri sendiri saja, sehat atau nggak?
Anda selalu tidak
suka pada orang yang Anda benci tapi meraih kesuksesan dan kemajuan. Anda
selalu berharap dan berdoa agar orang yang Anda benci gagal dalam hidupnya. Anda
bergembira bila musuh Anda mengalami masalah dan dilukai. Atau Anda menebar
hoaks agar orang lain yang Anda benci bercitra buruk. Anda membangun opini
buruk agar orang lain ikut atas kebencian yang Anda miliki. Bila begitu sikap
Anda, lalu orang lain harus berdoa apa untuk Anda? Coba deh tanya diri sendiri
dulu, Anda sehat atau nggak?
Katanya
ini bulan puasa, bulannya ibadah. Tapi kenapa gagal menahan diri? Puasa itu
bukan hanya menaham lapar dan haus, Tapi harus mampu menahan diri pula dari
pikiran negatif, perilaku jelek, bahkan ocehan yang tidak berguna. Agar ibadah
puasanya tidak sia-sia. Kan katanya ada hadistnya, “Betapa
banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan sesuatu dari
puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga (HR An-Nasa’i)”. Kok bisa? Tentu karena,
orang yang berpuasa gagal mencegah dirinya dari hal-hal buruk. Puasa tapi tetap
gibah, berpikir negatif, berkomentar buruk. Bahkan puasa tapi tidak sholat. Yah
wajar, puasanya tidak mandapatkan pahala kecuali lapar dan dahaga.
Tanya diri sendiri, sehat atau nggak?
Seperti aktivitas taman bacaan dan literasi yang dilakukan
TBM Lenteta Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Sekalipun perbuatan baik untuk
menyediakan akses bacaan, taman bacaan pun tidak luput dari prasangka buruk dan
kebencian. Dari orang-orang yang tidak suka dan membenci taman bacaan. Melarang
anaknya membaca buku, membiarkan anak-anak yang putus sekolah lalu terjerembab
pada pernikahan dini, nongkrong yang tidak jelas. Jangan membantu aktivitas
taman bacaan, malah membencinya. Maka bertanyalah pada diri sendiri, saya sehat
atau nggak?
Kadang,
banyak orang makin aneh. Zaman makin canggih tapi makin berpikir kerdil.
Tidak suka melihat
orang lain maju. Kerjanya mengintip laju orang lain. Tapi dirinya sendiri tidak
melakukan apa pun. Lalu menuding orang lain curang, tidak becus, dan segudang
tudingan buruk. Sehari-hari kerjanya membangun opini buruk dan menyebarkan ke
banyak orang melalui media sosial atau grup-grup WA. Baca tulisan seperti ini
pun langsung tersinggung. Tulisan literat yang isinya nasihat saja dibenci.
Tapi motto hidupnya “katakanlah apa adanya sekalipun itu pahit”. Jadi memang
nyata, ada kok orang-orang yang hidupnya bertentangan dengan akal sehat dan
hati nurani. Karena jarang bertanya pada diri sendiri, saya sehat atau nggak
sih?
Sehat
itu berarti bebas dari
sakit, waras, yang mendatangkan kebaikan pada badan. Normal dalam berpikir atau
masuk akal bahkan dijalankan dengan hati-hati. Sehat itu cageur (Sunda),
healthy (Inggris), صحي
sihiy (Arab), 健康Jiànkāng
(Cina) atau gesund (Jerman). Jangan fisik
sehat tapi hati dan pikirannya sakit. Hanya bisa mempermasalahkan tanpa mampu
memberi solusi. Bila saya sehat dan Anda sehat, mari kendalikan diri. Tidak
perlu berprasnagka buruk, apalagi menebar kebencian dan hoaks. Kan Anda yang bilang,
bila tidak sama kenapa tidak boleh berbeda. Ikuti saja semua prosesnya dan
terima lapang dada. Tidak perlu ada tendensi buruk. Percayalah, baik-buruk
seseorang itu ganjarannnya akan kembali pada dirinya sendiri. Karena semuanya, sudah ada dalam ketentuan Allah SWT.
Jadi
tanya diri sendiri saja, saya sehat atau nggak?
Mumpung di bulan
puasa, jadi momen untuk muhasabah diri sambil menggembleng diri untuk jadi
lebih baik di kemudian hari. Maaf lahir batin bila tidak berkenan ya. Hiduplah
lebih sehat, lahir dan batin. Dan tebarkan terus pembelajaran hidup yang lebih
cerdas, lebih sehat. Karena sejatinya, siapa pun itu jauh lebih sulit untuk membuat dirinya sendiri sehat daripada menuding
orang lain sakit? Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan
#TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar