Siapa pun, saat ditanya, mau jadi pemenang atau pecundang?
Pasti jawabnya, semua orang mau jadi pemenang.
Tidak ada seorang pun yang mau jadi pecundang. Karena pemenang selalu berjiwa
pantang menyerah. Hingga mampu menaklukkan tantangan bahkan dapat mengalahkan
musuh-musuhnya. Sementara pecundang hanya bisa berkeluh-kesah, lalu menghasut
untuk melihat apa pun dari sisi keburukan. Satu yang pasti, pecundang hanya
bermentalitas “korban”. Seolah apa yang dialaminya akibat perbuatan orang lain.
Apa pun dan di mana pun. Selalu saja ada
kaum pemenang atau pecundang. Pemenang, mereka yang hanya tahu berbuat dan
terus bekerja keras untuk mewujudkan impian. Sementara pecundang, hanya bisa berceloteh
dan menuntut orang lain bertindak seperyi yang dipikirkannya. Pecundang sering
kali banyak omong tapi aromanya negatif. Tanpa ada karya sepotong pun.
Pemenang atau pecundang, pasti ada dan
terjadi. Siap pun boleh punya ilmu tinggi. Tapi bila tidak bermanfaat untuk orang
lain tentu hanya sampah belaka. Harta dan uang boleh sebanyak apa pun. Namun
bila tidak dibagi atau disedekahkan ke orang yang membutuhkan pun hanya jadi
sampah. Status sosial, gaya hidup, bahkan pangkat dan jabatan setinggi apa pun.
Hanya omong kosong bila tidak digunakan untuk memberdayakan atau membantu orang
lain. Jadi, pemenang atau pecundang itu pilihan.
Sejatinya, pemenang atau pecundang
bedanya hanya satu. Terletak pada “action” atau tindakan. Pemenang bertindak untuk wujudkan tujuannya.
Sementara pecundang hanya berdiam diri. Pemenang selalu bilang “Biarkan saya
yang mengerjakannya untuk Anda”. Sementara pecundang bilang, “Itu bukan
pekerjaan saya, biarkan saja dia yang lakukan”. Pemenang selalu optimis, “Itu
memang sulit, tapi mungkin bisa dilakukan”. Sementara pecundang dengan pesimis
bilang, “Itu tidak mungkin, karena terlalu sulit”. Pemenang bertekad, “Saya
harus melakukan sesuatu”. Sementara pecundang hanya omong, “Bukan saya yang
harus lakukan”. Saat kebobrokan terjadi di lingkungannya, pemenang bilang, “Itu
salah saya”. Sementara pecundang selalu cuci tangan dan bilang, “Itu bukan
salah saya”. Itulah beda pemenang dan pecundang.
Seperti di taman bacaan pun, ada pemenang
dan pecundang.
Pemenang, mereka yang selalu mengantar
anaknya saat membaca. Ikut membantu dan menyuruh anak-anak membaca di taman bacaan.
Bersedia menjadi relawan sekalipun tinggalnya jauh. Atau berkontribusi sekecil
apa pun demi tegaknya kegemaran membaca. Sementara pecundang, mereka hanya bisa
berdiam diri. Apatis bahkan menampung anak-anak yang keluar dari taman bacaan.
Boro-boro membantu, menyuruh anak-anak membaca pun tidak. Hidupnya ingin berubah
tapi hanya berdiam diri atau meminta-minta. Pemenang, taman bacaan didekati
sebagai ladang amal. Sementara pecundang, taman bacaan justru dijauhi sebagai ladang
dosa. Itulah beda pemenang dan pecundang di taman bacaan.
Maka di taman bacaan, siapa pun bisa jadi
pemenang atau pecundang. Bedanya hanya di aksi atau tindakan. Pemenang selalu
berbuat, pecundang selalu berdiam diri. Pemenang hanya melihat jawaban dari setiap
masalah. Sementara pecundang selalu melihat masalah dari setiap jawaban. Pemenang
bikin program, sementara pecundang mencari kambing hitam. Pemenang masuk
menjadi sebuat tim, sementara pecundang keluar dari tim. Hanya kemudahan yang
dilihat pemenang, sementara kesulitan selalu ada di otak pecundang. Pemenang
berbuat sampai tuntas, sementara pecundang bergerak tapi kandas. Pemenang bikin
jalan, pecundang bikin alasan.Pemenang hanya memberi contoh, sementara pecundang
berteriak mencemooh. Realitas itu terjadi kok di taman bacaan.
Di taman bacaan, pemenang selalu menemani
sementara pecundang memusuhi. Pemenang berjuang untuk terjadi, sementara
pecundang hanya bisa membenci.
Jadi, terserah Anda saat berada di taman
bacaan. Mau jadi pemenang atau pecundang?
Hanya ada satu ciri pembeda antara
pemenang dan pecundang di taman bacaan. Pemenang selalu “menjadi bukti”,
sedangkan pecundang hanya “menunggu bukti”.
Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustsaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar