Kasus perundungan di KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) viral dan menghebohkan. Pelecehan seksual yang dilakukan secara kolektif. Lima orang karyawan KPI kepada 1 orang karyawan kontrak. Di institusi yang terhormat di bidang penyiaran di Indonesia. Alih-alih mewadahi aspirasi dan menata penyiaran, KPI justru KPI menyiarkan kebobrokan yang menakjubkan. Perundungan dan pelecehan seksual di antara kaum sejenis.
Buah zakar dicoret pakai spidol. Itu
contoh akhlak yang bejat. Bertindak intimidasi dan mem-bully orang lain yang
tidak punya salah apapun. Sebagai rekan kerja sekantor, menyuruh membelikan
makan secara paksa. Berlangsung sejak tahun 2012, terjadi berulang-ulang. KPI
sebagai institusi “merasa” tidak tahu. Dilaporkan ke polisi, tidak ada tindak
lanjut. Akhirnya viral dan kini heboh lalu diproses hukum. Lima lawan satu orang
di kantor. Terjadilang perundungan dan pelecehan. Apa itu akhlak yang tidak
boleh disebut bejat?
Orang-orang yang berkelompok memang
arogan. Merasa benar atas tindakannya, bahkan omongannya. Bila ada 1 orang di
luar kelompoknya, lalu secara keroyokan menganggap boleh melakukan apa saja.
Merundung, mem-bully, bahkan melecehkan itu banyak terjadi di kelompok-kelompok
seperti yang terjadi di KPI. Hanya di negeri ini, membenci menghina mengejek di-eskalasi
kamu-kamu arogan yang ada di dalam kelompok atau komunitas. Asal sudah
berkumpul, seolah boleh melakukan apa saja kepada orang lain. Arogan dan bejat
akhlaknya.
Sungguh, ada persoalan akhlak di KPI.
Kok bisa-bisanya rekan kerja diperlakukan seperti itu. Bak predator di tempat
kerja. Manusia pemangsa orang yang dianggap lemah. Anakonda, jaguar, buaya, hiu, dan sing aitu hewan predator. Ternyata, di dunia
kerja dan Lembaga terhormat pun ada predator. Akhlak yang predator. Hingga
membuat korbannya trauma, tidak berdaya, dan megalami tekanan psikolois bertahun-tahun.
Sekali lagi akhlak bejat.
Bila
akhlak diartikan tingkah laku, perangai, atau tabiat. Maka jelas secara
kolektif, pelaku perundungan dan pelecehan di KPI sangat pantas disebut manusia
ber-akhlak bejat. Moralnya rusak lagi bobrok. Boro-boro menjalankan tugas mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat
akan penyiaran. Apa
ada standar program siaran yang berkualitas. Bila dihuni
karyawan-karyawan dengan akhlak dan moral perundung, peleceh yang kolektif
begitu. Luar biasa.
Predator di tempat kerja, itulah judul yang pantas untuk kasus perundungan
di KPI. Hanya bisa terjadi dari manusia-manusia ber-akhlak predator. Bukannya
melindungi malah mengintimidasi. Bukannya mengayomi malah melecehi. Alhasil,
mencoreng reputasi lembaganya
sendiri.
Apa
artinya kasus perundungan di KPI?
Selamat
datang di zaman edan. Ketika orang-orang banyak “merasa menang dan boleh
berbuat apa saja kepada orang lain”. Atas nama pertemanan asal berkelompok,
mereka merasa boleh melakukan apa saja. Atas nama bercanda lalu menganggap sah
melecehkan orang lain. Mulai dari gibah, intimidasi, bully, dan caci-maki ada
di kelompok-kelompok.
Salah
tebak, salah sangka. Itulah realitas hari ini, fakta yang terjadi di era
digital. Dikira bersih ternyata kotor. Dikira baik ternyata bejat, dikira mulia ternyata
hina. Begitu viral dan ter-ekspos, lalu mereka secara berkelompok lagi bilang “itu
hanya ulah oknum”. Di mana akhlak baik
mereka? Jangankan berperilaku baik, berniat baik pun belum tentu bisa.
Hati-hati di mana pun. Jangan sampai salah tebak.
Dikira kawan ternyata lawan. Itulah yang terjadi hari ini. Karena banyak
orang memaksa “pikiran salah” menjadi “perilaku benar”. Atas nama logika dan narasi,
membenarkan yang salah atau menyalahkan yang benar.
Kasus ini adalah fakta. Maka akhlak bejat itu bukti bukan ilusi. Manusia
yang tidak literat ada di dekat kita. Salam literasi. #Tamanbacaan
#TBMLenteraPustaka #PegiatLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar