Pandemi Covid-19 bisa jadi meluluh-lantakkan banyak hal. Bahkan ikut memengaruhi pilihan pekerja Indonesia untuk pensiun lebih cepat. Alias pensiun dini dari pekerjaannya.
Hasil
studi Investor Global Schroders 2021 periode 16 Maret–7 Mei 2021, menyebutkan 73% responden
menyatakan akibat pandemic Covid-19 membuat mereka ingin pensiun lebih cepat (37% yang berpikir untuk pensiun lebih awal dan 36%
berpikir akan pensiun setelah pandemi Covid-19 selesai). Hanya 27% responden yang berpikir masih akan pensiun
pada usia yang sama.
Bisa jadi, hasil studi ini menegaskan
adanya tekanan psikologis pekerja selama pandemic Covid-19.Mulai dari penerapan
PPKM darurat, penyekatan di jalan, work from home, hingga mungkin kian sulitnya
situasi dalam bekerja. Ditambah khawatir kesehatan akan jadi masalah di
kemudian hari. Suka tidak suka, pandemi Covid-19 memang memberi dampak cukup besar kepada pekerja di
Indonesia, termasuk soal rencana pensiun.
Pertanyaannya sederhana. Apa boleh
pekerja meminta pensiun dini akibat pandemi Covid-19?
Mungkin sebatas persepsi, sah-sah saja
berharap bisa pensiun dini. Sebagai sebuah opsi, tentu boleh-boleh saja. Apalagi karena tekanan psikologis di masa
pendemi Covid-19. Namun
sejatinya, pensun dini seharusnya bukan pilihan pekerja. Tapi tergantung kepada pemberi kerja atau
perusahaan tempat bekerja. Pensiun dini hanya opsi hak pekerja, itu pun bila diatur
dalam peraturan perusahaan. Tapi menjadi kewajiban pemberi kerja untuk setuju
atau tidak setuju. Maka itu berarti, pensiun
dini atau tidaknya seorang pekerja menjadi kewenangan pemberi kerja semata.
Bila mau jujur, sebenarnya pensiun dini tidak ada
acuan rinci yang mengatur. Baik berupa regulasi maupun di peraturan perusahaan.
Apa yang dimaksud pensiun dini? Kenapa harus pensiun dini? Apa yang diperoleh
saat pensiun dini? Semua pertanyaan itu menambah kegamangan soal “pensiun dini”.
Bahkan saya menduga, Sebagian besar peraturan perusahaan yang ada di Indonesia
pun tidak mencantumkan klausul tentang pensiun dini. Karena hakikatnya, istilah
pensiun dini memang tidak ada. Istilah ini hanya diadopsi dari istilah “pensiun
dipercepat” yang ada di dana pensiun sebagai salah satu manfaat pensiun. Umumnya berlaku 10
tahun sebelum usia pensiun normal. Bila usia pensiun ditetapkan pada 55 tahun,
maka pensiun dipercepat diperbolehkan pada usia minimal 45 tahun.
Pensiun dini, bukan soal
boleh atau tidak. Tapi pensiun dini harus memenuhi beberapa syarat atau kondisi
yang terintegrasi antara pekerja dan pemberi kerja. Setidaknya ada 3 syarat
pensiun dini yang harus dipenuhi, bila berlaku di pemberi kerja, yaitu:
1.
Tercapainya usia
tertentu pada si pekerja sebelum mencapai usia pensiun normal. Artinya sudah
layak dikategorikan pensiun atas dasar usia, Misalnya sudah berusia di atas 45
tahun bila usia pensiun normal yang ditetapkna pemberi kerja 55 tahun dan
tercantum dalam peraturan perusahaan.
2.
Ada kondisi pekerja
yang menyebabkan tidak dapat lagi melakukan pekerjaan dengan baik. Hal ini bisa
terjadi atas usulan pekerja atau atas pandangan pemberi kerja. Intinya, tidak
dapat lagi melakukan pekerjaan secara optimal.
3.
Keputusan pensiun
dini atau tidaknya seorang pekerja terletak pada pemberi kerja atau perusahaan.
Tentu dengan berbagai pertimbangan. Pekerja boleh saja meminta pensiun dini. Tapi
pemberi kerja pun boleh menyetujui atau tidak menyetujui.
Sejatinya, pensiun dini bukanlah pilihan pekerja. Tapi
harus dilihat sebagai opsi pemberi kerja kepada pekerja atas alasan tertentu. Lagi
pula, untuk apa pensiun dini bila tidak memiliki ketersediaan dana yang cukup? Atau
apakah pantas pensiun dini saat usia pekerja baru 38 tahun?
Untuk seorang pekerja, pensiun dini
atau tidak pensiun dini bukan pada persepsi atau perasaan semata. Tapi lebih menekankan
objektivitas, mau apa setelah pensiun dini? Pensiun lebih cepat bila tidak punya ketersediaan dana untuk
membiayai hidup pun akan lebih
berisiko. Jadi, apa yang sudah dipersiapkan sebelum pensiun
dini? Bila sudah memiliki program pensiun yang memang dipersiapkan untuk masa
pensiun, mungkin silakan pensiun dini. Tapi bila tidak, untuk apa meminta
pensiun dini? Bahkan pada kenyataannya pun, banyak pekerja yang meminta pensiun
dini di perusahaan A. Tapi setelah itu masih bekerja di perusahaan B. Itu mah
bukan pensiun dini.
Memang, cepat atau lambat, masa pensiun pasti dialami
setiap pekerja. Maka masa pensiun adalah sesuatu yang harus dipersiapkan.
Karena tidak ada seorang pekerja pun yang akan terus-menerus bekerja. Untuk
pekerja, sudah seharusnya mempersiapkan masa pensiun melalui program pensiun. Agar
tetap dapat hidup nyaman dan sejahtera setelah tidak bekerja lagi. Untuk
pemberi kerja, ada baiknya mulai menyiapkan program
pensiun untuk pekerja sebagai upaya meminimalkan beban biaya dan menghindari masalah cash
flow saat harus
membayarkan manfaat pensiun kepada
pekerja.
Karena pensiun itu bukan soal waktu. Tapi soal keadaan,
mau seperti apa saat tidak bekerja lagi. Jadi, pensiun dini boleh atau tidak?
#EdukatorDanaPensiun #PerkumpulanDPLK #YukSiapkanPensiun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar