Kamis, 08 Juli 2021

Tulisan Literasi Paling Menyebalkan, Saat Jawa Bali Tergeletak Stadion Wembley Berjingkrak

Agak kontradiktif sih. Di Jawa Bali, hari gini masih PPKM darurat. Akibat meningkatnya angka Covid-19. Masih ada penyekatan di jalan dan disuruh putar balik. Isoman di mana-mana. Oksigen pun langka. Semua diminta lebih disiplin tegakkan protokol kesehatan. Korban pun terus berjatuhan. Hingga kemarin 7 Juli 2021, korban Covid-19 pun menembus rekor. Ada 34.379 kasus baru dan meninggal dunia 1.000 orang lebih. Begitulah nyatanya.

 

Sementara di Stadion Wembley semalam. Saat Inggris vs Denmark di Piala Eropa 2021. Puluhan ribu orang berdesak-desakan menonton bola. Tanpa masker tanpa jaga jarak. Saling berpelukan saat terjadi gol. Bersorak gembira seakan tidak ada wabah Covid-19. Apalagi besok saat terjadi final ideal, Inggris vs Italia. Begitulah nyatanya, negeri di seberang sana.

 

Sungguh kontras, apa yang terjadi di sini dan di sana. Entah, sampai kapan kondisi begini aka terus berlangsung? Berharap dan berdoa agar pandemi Covid-19 segera mereda. Bila perlu berakhir di sini, di bumi Indonesia. Agar semuanya, bisa kembali walau tidak normal-normal banget. Minimal, bisa ada lagi liga sepakbola. Mal-mal bisa buka lagi. Tentu dengan protokol kesehatan yang ketat.  

 

Apa bisa di Indonesia?

Harusnya sih bisa. Asal semua orang mau dan bersedia di vaksin. Sekarang mendaftar ke tempat-tempat sentra vaksin. Pemerintah harus segera sediakan vaksin yang cukup untuk rakyat-nya. Dan rakyat, siapa pun termasuk saya, harus segera vaksin. Karena hanya vaksi, sebagai ikhtiar baik yang bisa dilakukan. Tidak ada yang lain. Setelah itu, berdoa dengan tekun untuk meminta bantuan Allah SWT. Agar bumi tercinta ini segera terbebas dari pandemic Covid-19.

 


Lalu apa itu sudah cukup?

Namanya ikhtiar, insya Allah vaksin sudah cukup. Dan selebihnya, mungkin ikhtiar untuk selalu berpikir positif. Untuk tidak terlibat pada berita dan aktivitas yang justru “membunuh” pikiran dan hati sendiri. Apalagi menyebarkan hal-hal yang menimbulkan ketakutan. Oksigen langka, isoman harus begini-begitu, hotline  bila terjadi begini begitu. Obat yang tadinya murah jadi mahal. Jujur, itu semua tidak mendewasakan sama sekali. Bila akhirnya, justru membuat banyak orang malah terpukul dan drop psikologis-nya. Imunitas-nya menurun, lalu sakit. Dan akhirnya ….. innalillahi wainna ilahi rojiun.

 

Mungkin, sudah saatnya. Bila berkenan, setiap kita saling menguatkan. Untuk saling berbagi cerita positif, berita yang saling menyemangati. Jauhi segala prasangka buruk dan keluh -kesah. Jangan ada lagi prasangka dan keluh-kesah yang justru jadi “pandemi cacat psikologis”. Sungguh, jangan sampai dan stop semua yang buruk. Semua orang dan bangsa ini, sangat butuh “obat psikologis” yang lebih mujarab dari apa yang tengah terjadi saat ini. Lebih dari soal medis, obat psikologis jauh lebih penting untuk semua orang.

 

Jadi, mari kita vaksin Covid-19. Dan tetaplah berpikir positif. Bahwa pandemic covid-19 ini akan segera berakhir di Indonesia. Asal kita semua disiplin, dan patut terhadap aturan yang ditetapkan.  Hindari hal-hal sepele. Tidak berpikir negative, tidak melontarkan keluhan, mengaduh, dan berbagi cerita menyedihkan. Hati-hati, karena mengeluh dan sejenisnya kian membuat kita tidak bersyukur atas nikmat Allah SWT.

 

Sungguh, keluh-kesah tidak akan mengobati apapun. Tidak ada hidup yang semakin tenang dan nyaman dengan keluhan, dengan pikiran jelek. Apapun masalah yang terjadi saat ini, mari kita hadapi dengan kepala dingin dan selalu tenang. Setiap ujian hidup, termasuk Covid-19 tentu bukan untuk dihindar. Tapi dihadapi dengan ikhlas dan lapang hati. Agar segera terlewati, lulus dari ujian ini semua.

 

Maka, tarik nafas dalam-dalam. Dan mulailah untuk ikhtiar baik sekarang. Insya Allah, kita bisa lewati semuanya. Pandemi Covid-19 segera berakhir, amiin. Salam literasi #LiterasiCovid19 #SuaraHatiRakyat #IndonesiaPulih

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar