Ini kisah nyata TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Justru di saat pandemic Covid-19, sejak tahun 2020 dan 2021 ini justru mengalami pertumbuhan anak pembacamencapai rata-rata 67% per tahun. Luar biasa, animo dan antusiasme anak-anak yang membaca mampu digiatkan. Akses yang mudah bagi anak-anak untuk membaca buku. Apalagi di saat sekolah memberlakuka PJJ alias belajar dari rumah.
Awalnya
saat didirikan, hanya ada 14 anak (2017) yang membaca di TBM Lentera Pustaka. Lalu
bertambah jadi 38 anak (2018), kemudian jadi 60 anak (2019), hingg tumbuh jadi
101 anak (2020). Dan kini tahun 2021, ada 168 anak pembaca aktif yang membaca
rutin seminggu 3 kali. Dampaknya pun kian luas, meliputi anak-anak yang berasal
dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya).
Saat
ini TBM Lentera Pustaka memiliki koleksi lebih dari 6.000 buku bacaan. Padahal
saat didirikan hanya punya 600 buku saja. Menariknya, 95% buku yang ada merupakan
donasi dari orang-orang baik. Maka rata-rata, saat ini anak-anak mampu memba
5-8 buku per minggu. Dengan 10 relawan
yang sepenuh hati membantu operasional TBM Lentera Pustaka. Hal ini jadi bukti,
bahwa proses di taman bacaan yang dijalani dengan penuh komitmen dan
konsistensi pasti membuahkan hasil yang menggembirakan dan patut disyukuri. Lebih
dari itu, TBM Lentera Pustaka pun mengusung raktik baik kolaborasi dengan
mitra. Seperti sponsor tahunan dari CSR korporasi, mahasiswa KKN IPB, dan
komunitas lain yang selalu hadir setiap bulan untuk mengisi event bulanan
secara rutin.
Cukupkah
taman bacaan sampai di situ?
Tentu
tidak. Saat ini TBM Lentera Pustaka mempunyai 9 program yang dijalankan, yang
terdiri dari:
1.
TAman BAcaan (TABA) dengan 168 anak pembaca aktif.
- GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) dengan 9 warga belajar.
- KElas PRAsekolah (KEPRA) dengan 17 anak usia dini.
- YAtim BInaan (YABI) dengan 16 anak yatim binaan.
- JOMpo BInaan (JOMBI) dengan 7 jompo binaan.
- DONasi BUKu (DONBUK) dengan
rata-rata 3 kali seminggu mendapat donasi.
- RAjin menaBUng (RABU) bagian dari literasi finansial anak-anak.
- KOPerasi Lentera yang diikuti 14 ibu-ibu agar terbebas dari rentenir.
- LITerasi DIGital (LITDIG)
yang seminggu sekali anak-anak belajar computer.
Awalnya pula, TBM Lentera Pustaka hadir di kampung prasejahtera
untuk menekan angka putus sekolah dan menyediakan akses bacaan anak-anak. Karena
tingkat Pendidikan masyarakat-nya 81% hanya SD dan 9% SMP. Itu artinya, angka
putus sekolah tergolong tinggi. Maklum, 72% masyarakat bermata pencaharian tdak
tetap. Namun kini, TBM Lentera Pustaka pun mengusung visi untuk pemberdayaan
masyarakat yang berkualitas, di samping membangun peradaban baik.
Maka
taman bacaan, di mana pun, memang harus berproses, terus bergerak. Untuk
menambah luas anak-anak yang membaca, meningkatkan koleksi buku bacaan, dan membangun
komitmen yang sepenuh hati tiada henti bagi para pengelolanya. Taman bacaan
memang harus "asyik" menengok dirinya. Agar tidak terlalu sibuk
"menengok ke luar". Agar literasi benar-benar untuk semua.
Seperti
bunga yang diminta mekar, maka siapa pun harus membiarkan taman bacaan tumbuh.
Ubah niat baik jadi aksi nyata. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
#BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar