Senin, 01 Maret 2021

Kenapa Kamu Menolak Panggilan Membaca Buku?

Zaman now, eranya boleh digital, serba canggih. Karena gawai ada dalam genggaman. Tapi sayang, banyak orang yang “menolak panggilan”. Karena telepon masuk tidak dijawab. Ada WA pun tidak dibaca apalagi dibalas. Bahkan otang tua SMS pun dicuekin, tidak dijawab.  Sementara hari-harinya memegang HP. Main gadget. Gawai dalam genggaman yang salah pakai. Karena selalu menolak “panggilan”.

 

Gemar menolak panggilan. Realitas itu banyak terjadi sekarang.

Gawai boleh canggih. Fiturnya banyak. Video call bisa, kamera resolusi tinggi. Tapi semua itu tidak berguna. Karena dipakai untuk kesenangan pribadi. Tapi setiap ada panggilan, selalu ditolak. Sengaja tidak diangkat, sengaja tidak dijawab. Tapi bilangnya sibuk atau lagi di-charge. Intinya, menolak panggilan, membiarkan panggilan. Entah karena malas angkat, entah karena benci atau tidak suka. Selalu ada alasan negatif untuk menolak panggilan.

 

Seperti di taman bacaan. Hari ini masih banyak anak-anak yang menolak “panggilan membaca”. Anak-anak yang tidak mau membaca, tidak datang ke taman bacaan. Atas sebab alasan apapun. Lebih senang nongkrong, lebih senang main. Membaca buku sebagai perilaku baik, tentu bukan tanpa hambatan. Selalu saja ada tantangannya. Maka, membaca buku dan taman bacaan butuh perjuangan dan kesabaran. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi. Di mana pun dan hingga kapan pun. Karena taman bacaan, sejatinya sedang membangun peradaban.

 

Adalah fakta, banyak orang berani menolak panggilan membaca. Berani menolak panggilan perbuatan baik di taman bacaan. Bahkan berani menolak panggilan pikiran dan perilaku baik. Mereka lupa, sejatinya hidup di dunia itu adalah menjalankan “panggilan” untuk menebar kebaikan, membuat kemanfaatan. Sambil melayani orang lain untuk bisa lebih baik.

  

Bila panggilan kebaikan saja ditolak. Bila panggilan telepon orang tua pun ditolak. Lalu, apakah manusia bisa “menolak panggilan” Allah SWT? Siapa yang berani menolak panggilan Allah? Maka hati-hatilah. Segera muhasabah diri, introspeksi. Mumpung masih ada waktu. Karena cepat lambat, siapa pun tidak akan dapat lagi menolak panggilan Allah. Bila waktunya tiba.

 


Manusia sering lupa. Sehat, rezeki, dan panjang umur itu semua dari Allah. Bukan karena kepintaran atau kecerdasannya. Lalu, kenapa karena ego, pangkat, jabatan atau status sosial jadi terlalu mudah “menolak panggilan”. Jangan pernah menolak panggilan, apalagi dari Allah SWT.

 

Sejatinya, Allah itu hanya memanggil manusia 3 kali saja seumur hidup. Panggilan yang tidak boleh ditolak. Panggilan yang harus dilaksanakan, harus dikerjakan oleh manusia sebagai hamba-Nya. Tanpa kecuali dan untuk siapa pun. Ada 3 panggilan yang harus dikerjakan. Yaitu 1) panggilan AZAN untuk sholat, 2) panggilan HAJI untuk berkunjung ke rumah-Nya, dan3) panggilan KEMATIAN untuk berpulang ke sang pencipta,

 

Maka jangan pernah menolak panggilan Allah SWT. Panggilan-nya harus dikerjakan dan dijawab dengan amal soleh, dengan amal perbuatan. Karena bila berani menolak panggilan azan, berani menolak panggilan haji. Maka Allah pasti siap memanggil manusia dengan KEMATIAN. Karena “qullu nafsin zaiqotul maut”, setiap manusia pasti akan merasakan mati.

 

Hanya sebab Allah, hidup dan mati seorang manusia. Pandemi Covid-19 jadi bukti, siapa-siapa yang meninggal dunia akibat virus corona. Ada yang mati di usia muda, ada yang tua. Ada yang mati karena sakit, ada yang mati tanpa sakit. Karena sungguh, kematian adalah rahasia Allah SWT. Saat panggilan Allah SWT, hanya “amal soleh” yang mampu menjawabnya.

 

Maka selagi di dunia, jangan tolak panggilan kebaikan. Dan mintalah ampun kepada Allah, lalu penuhilah setiap panggilan Allah. Jadikan setiap perbuatan baik sebagai panggilan jiwa. Karena di setiap kebaikan, di situ pun ada panggilan Allah.

 

Siapa pun, bila ingin bahagia bila ingin sukses. Maka cara meraihnya adalah taat kepada Allah. Karena semua itu hanya di tangan Allah. Ketahuilah, “Dunia ini hanya sementara, akhirat-lah tujuan utama. Jangan tolak panggilan kebaikan sekecil apa pun. Hingga kita meletakkan telapak kaki di surga nanti”. Salam literasi. #KampanyeLiterasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar