BER-ANGKLUNG di TAMAN BACA
TBM Lentera Pustaka pun menapak setahap.
Untuk memperkuat literasi budaya sebagai salah satu literasi dasar, mulai bulan Oktober 2020 ini. Anak-anak TBM Lentera Pustaka akan dilatih bermain “angklung”. Selain untuk melestarikan seni budaya Sunda, angklung sekaligus “alat” untuk mengajarkan anak-anak taman bacaan untuk bersikap terhadap kebudayaan sebagai identitas daerahnya.
Kenapa Angklung?
Menurut “Karuhun Urang Sunda” dulu. Bahwa kehidupan manusia itu ibarat bak “tabung angklung”. Tabung = manusia, sedangkan angklung terbuat dari bambu = simbol perjuangan. Maka siapapun, selagi masih manusia ya harus terus berjuang sekaligus bersosialisasi. Agar “nyaring’ dalam kebaikan, seperti angklung.
Literatur “Babad Sunda” berkisah. Angklung itu punya kaitan erat dengan budaya agraris masyarakat Sunda yang mengandalkan pertanian sebagai penghidupan. Secara ritual, angklung dimainkan untuk memanggil “Dewi Padi” agar tanamannya tumbuh baik dan menghasilkan panen yang banyak. Angklung, berasal dari kata “angka” yang berarti “nada” dan “lung” yang berarti “pecah”.
Angklung adalah warisan budaya anak-anak Sunda yang harus dilestarikan. Selain sebagai simbol keharmonisan, angklung juga butuh Kerjasama dalam memainkannya. Maka kini di TBM Lentera Pustaka, setelah anak-anak itu terbiasa membaca buku. Esok bersama angklung, mereka harus disiplin “sesuai nada gilirannya”, harus saling pengertian.
‘Karena di angklung, kita tidak boleh saling serobot, jangan berebut. Jaga keharmonian dan keserasian … @siap latihan angklung mumpung ada yang siap melatih... #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BudayaLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar