Indonesia adalah negara yang kaya akan musik tradisional. Hanya sayang, upaya melestarikan seni budaya tergolong jarang dilakukan. Bahkan di era digital ini, mungkin lebih banyak anak-anak usia sekolah yang lebih kenal musik-musik luar negeri daripada musik tradisional. Konsekeunsinya, harus ada cara khusus untuk “memaksa” anak-anak mengenal dan melestarikan musik tradisional. Tidak terkecuali angklung, music tradisional Sunda.
Menyadari
akan pentingnya melestarikan seni budaya tradisional itulah, Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor mulai melatih 60
anak-anak pembaca aktif untuk berlatih angklung. Hal ini dilakukan sebagai
bagian mengajarkan “literasi budaya” sebagai salah satu 6 kompetensi literasi
dasar yang harus dimiliki setiap orang Indonesia. Di samping upaya pelestarian music
tradisional Sunda. Bermain angklung di taman bacaan adalah salah satu praktik
baik yang dikembangkan di TBM Lentera Pustaka.
Dilatih relawan TBM Lentera Pustaka,
Ilham Bahrul Ulum, setiap minggu sekali anak-anak TBM Lentera Pustaka dilatih untuk
mengenal musik angklung, memainkan nada-nada, hingga melantunkan lagu-lagu
sederhana. Alhasil kini, anak-anak usia sekolah yang kini “mendekam” di rumah
akibat wabah pandemi Covid-19 ini telah mampu memainkan angklung dalam paduan
yang harmoni. Belajar musik angklung ini pun melengkapi kegiatan literasi
budaya lainnya seperti membaca puisi dan literasi digital berupa komputer. (simak
angklung anak TBM Lentera Pustaka: https://www.youtube.com/watch?v=FEQdBt2SOiQ)
Angklung
dipilih TBM Lentera Pustaka untuk dimainkan di taman bacaan karena memiliki
nilai-nilai budaya khas tanah Sunda. Sebagai alat musik tradisional,
angklung merupakan alat musik yang telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan
budaya dunia. Di tengah gempuran era digital, beberapa alasan untuk mengajarkan
angklung ke anak-anak taman bacaan antara lain:
1.
Selain alat musik,
angklung dapat menanamkan sikap dan karakter anak akan pentingnya kerjasama dan
menjaga keharmonian – kebersamaan. Karena angklung tidak akan enak didengar
bila tidak dimainkan Bersama-sama.
2.
Angklung mengajarkan
pentingnya sikap toleransi dan tanggung jawab dalam memainkannya agar
menghasilkan harmoni nada yang indah dan merdu.
3.
Angklung juga melatih
anak-anak untuk selalu konsentrasi dalam memainkannya, di samping disiplin sesuai
dengan perintah konduktor.
4.
Dan yang paling
penting, angklung mampu memperkenalkan seni budaya dengan cara menyenangkan dan
sambil memainkannya.
"Angklung
kami pilih karena TBM Lentera Pustaka ada di tanah Sunda. Selain cerminan
literasi budaya sebagai literasi dasar, angklung dapat menanamkan sikap harmoni
pada anak-anak. Jadi selain membaca, mereka pun ikut melestarikan seni budaya
daerahnya” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM lentera
Pustaka di Bogor hari ini.
Perlu diketahui, TBM Lentera Pustaka
di Kaki Gunung Salak Bogor selama ini dikenal sebagai taman bacaan yang kreatif
dan unik. Karena berbagai program dijalankan secara meneraik dan menyenangkan,
seperti membaca bersuara, laboratoruim baca, event bulanan, membac puisi,
praktik komupter, hingga menabung di celengan. Bahkan selalu ada senam
literasi, doa literasi, dan salam literasi saat memulai membaca. Saat iniTBM Lentera
Pustaka memiliki 3.800 koleksi buku bacaan yang jadi bahan bacaan 60 anak
pembaca aktif yang rutin membaca smeinggu 3 kali. Operasional taman bacaan pun
didukung oleh CSR korporasi dari AJ Tugu Mandiri, Perkumpulan DPLK, dan Bank Sinarmas.
Anak-anak TBM Lentera Pustaka Sebagian besar berasal dari kalangan ekonomi
tidak mampu dan di bawah ancaman putus sekolah.
Maka
melalui belajar angklung, anak0anak taman bacaan diharpakan dapat meningkatkan
rasa cinta budaya nasional. Di samping tetap membaca buku di tengah gempuran
era digital yang kian menghantui anak-anak Indonesia. Ubah niat baik jadi aksi
nyata, salam literasi #TBMLenteraPustaka
#TamanBacaan #GerakanLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar