Rabu, 02 September 2020

Filosofi Kontrakan, Menebar Manfaat Selagi Di Dunia

Sulit dibantah. Bahwa hidup di dunia ini hanya mengontrak. Kontrak alias sewa. Tidak ada yang abadi dan tidak akan selamanya. Dunia itu hanya kontrakan, maka manusia adalah pengontraknya. 

 

Tapi sayang. Betapa banyak manusia jadi lupa daratan. Lalu ingkar dan tidak bersyukur. Hingga lalai, dari mana mereka berasal dan hendak ke mana mereka akan pergi? Terlena untuk memuja kenikmatan dunia, yang katanya jerih payahnya. Terlalu sombong atas apa yang sudah diraihnya. Lagi-lagi sayang, bila akhirnya tidak tahu seberapa manfaat itu semua untuk orang lain, untuk umat yang membutuhkan?

 

Dunia itu cuma kontrakan. Tidak lebih tidak kurang. Tentu bukan tidak boleh mengejar dunia. Asal tahu bekal untuk hari akhirat. Karena “kontrakan” di mana pun, pasti ada periode waktunya. Semua kontrakan akan berakhir. Dunia pun akan berakhir.

 

Secara ilahiyah. Ketika mengontrak, maka apa yang ada di dunia ini bukanlah milik kita. Tapi milik Allah SWT, sang pemilik langit dan bumi. Allah hanya sedang “meminjamkan” dunia kepada manusia. Dunia yang “dititipkan” kepada manusia. Hingga masa berakhirnya tiba. Apa yang dimiliki, apa yang dipunya sama sekali tidak akan ada yang dibawa ke kampung akhirat. Karena kita hanya pengontrak.

 

Sejatinya, kontrakan itu hanyalah “pinjaman” dari Allah. Pinjaman yang kelak ditanyakan, bagaimana cara memakainya? Untuk apa harta yang dititipkan? Seberapa manfaat jabatan dan pangkat yang disandang? Bagaimana hidup yang dilakoninya? Selama di kontrakan, semua amanah akan diminta pertanggungjawabannya.

 


Kontrakan itu hanya simbol. Agar manusia tetap mau mengingat Allah SWT. Mau bersyukur dan tidak berkeluh-kesah. Pengontrak yang tidak menggunakan kontrakan untuk perbuatan buruk. Pengontrak yang tidak lupa, dari mana berasal dan mau ke mana akan pergi? Dan tetap patuh pada hukum-Nya.

 

Di kontrakan pun, pengontrak tidak hidup sendirian. Ada tetangga, ada saudara. Apalagi di perumahan, di kelurahan hingga di negara. Maka orientasinya, pengontrak harus gemar menebar kebaikan dan manfaat untuk orang lain. Bukan sebaliknya, malah merendahkan atau merugikan orang lain. Karena tiap perbuatan pengontrak, pasti ada dalam pengawasan-Nya.

 

“Khairunnas anfa’uhum linnas”, begitu kata Nabi Muhammad SAW. Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain. Sambil mengingat bahwa dunia tak lain hanya sebuah perjalanan sebentar saja. Bahkan dunia tidak lebih hanya main-main dan senda gurau.

Maka spirit itulah yang melatarbelakangi berdirinya TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor. Amanah yang diemban untuk meningkatkan tradisi baca dan budaya literasi masyarakat di daerah yang penduduknya prasjehatera, dari dulu hingga kini. Bahkan, rata-rata tingkat pendidikannya 81% hanya SD dan 9% SMP. Dan kini, sekitar 60 anak pembaca aktif, 12 ibu-ibu buta huruf, dan 11 anak yatim berhumpun di TBM Lentera Pustaka. Hanya ingin menebar manfaat dan membangun peradaban baik di tengah masyarakat. Mumpung masih ada usia, ada waktu. Agar tidak menyesal bila kontrakan berakhir. 

Filosofi kontrakan. Adalah sebuah titipan untuk memperbaiki hubungan diri sendiri kepada sesame dan kepada-Nya. Wallahu a’alam bishowab #FislofiKontrakan #DuniaItuNgontrak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar