"Sekecil apa pun langkah yang kau lakukan dengan alam. Setiap langkah itu pula alam akan memberikanmu penghargaan indah yang tak mampu diberikan seseorang".
Sudah
terlalu banyak alam yang dirusak tangan manusia. Akibtanya, bencana alam selalu
terjadi dan akan terus menghantui setiap anak manusia. Rusaknya alam, bila
disadari, sungguh akibat aktivitas manusia. Manusia yang lebih mementingkan
kebutuhan hidupnya tanpa memperhatikan kebutuhan lingkungan alam sekitarnya. Eksploitasi
yang berlebihan, gangguan ekosistem alam, penebangan liar, dan perambahan hutan
ada di mana-mana. Tanpa terkecuali di Jawa Barat maupun Kabupaten Bogor. Alam
sebagai kearifan lokal pun tercerabut dari budaya masyarakat.
Berangkat dari kesadaran
itulah, TBM Lentera Pustaka yang terletak di Desa Sukaluyu Kabupaten Bogor melakukan
“Membaca di Alam” sebagai praktik baik untuk menanamkan pentingnya menjaga
alam. Membaca di alam diikuti 40 anak dalam laboratorium baca sekaligus untuk menjunjng
tinggi kearifan lokal. Karena sebagian besar penduduknya hidup dari berkebun dan
eksplorasi lahan produktif untuk ditanami. Melalui kegiatan membaca di alam,
diharapkan anak-anak usia sekolah dari keluarga prasejahtera ini dapat mengubah
cara pandang akan pentingnya menjaga alam dan menciptakan harmoni di tengah
alam semesta. Peradaban kearifan lokal yang harus dilestarikan.
“Alam dan asetnya adalah bagian kearifan
lokal Desa Sukaluyu Bogor ini. Sebagai orang Sunda, anak-anak harus mau menjaga
alam. Agar program jaga alam tidak tercerabut dari anak-anak kampung ini.
Apalagi di era digital, budaya jaga alam harus didengungkan. Agar alam tetap
mau bersahabat dengan masyarakat” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala
Program TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor (30/8).
Membaca di alam merupakan kegiatan rutin yang dilakukan TBM
Lentera Pustaka. Agar terbentuk tradisi baca dan budaya literasi di kalangan
anak-anak usia sekolah. Membaca buku di kebun, di sungai, dan di alam terbuka
sambil berdiskusi untuk memahami isi bacaan. Karena membaca tidak hanya
dilakukan di ruang tertutup atau di taman bacaan. Tapi bisa dilakukan di alam
terbuka. Agar lebih menarik dan menyenangkan anak-anak saat membaca.
TBM Lentera
Pustaka menyadari. Upaya untuk menanamkan tradisi baca anak-anak memang tidak
mudah. Maka harus ada cara untuk menjadikan kegiatan membaca agar lebih
disenangi. Sehingga semangat menyebarkan
virus membaca kepada anak-anak di tengah gempuran era digital dan kondisi
ekonomi yang sulit tetap dapat berlangsung. Bahkan dengan menyatukan anak-anak
saat membaca dengan alam sekitar, maka upaya melestarikan nilai kearifan lokal
setempat pun dapat dicapai. Perlahan tapi pasti.
"Membaca di alam
adalah program rutin di TBM Lentera Pustaka. Karena saya percaya, karakter dan
buday aanak dapat dibentuk melalu lingkungan dan alam semesta. Hanya
masalahnya, mau atau tidak kita melakukannya. Apalagi saat ini budaya jaga alam semakin langka. Maka pemerintah daerah pun
harus ikut turun tangan. Agar anak-anak tetap lembut dan baik kepada alam”
tambha Syarifudin Yunus yang saat ini tengah menyelesaikan program Doktor di
Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak.
Saat ini, 60-an pembaca aktif
usia sekolah secara rutin 3 kali seminggu membaca di TBM Lentera Pustaka.Dengan
koleksi lebih dari 3.500 buku, anak-anak mampu membaca 5-8 buku per minggu.
Sebuah praktik baik yang terus dijalankan di masyarakat. Demi tegaknya tradisi
baca dan budaya literasi anak-anak dan masyarakat. Karena saat ini banyak anak Indonesia
makin "jauh" dari buku.
Saat membaca di alam pun. Anak-anak suatu saat bertanya. Jika alam hendak kau
musnahkan, lalu dari mana kita akan mendapatkan makanan dan tempat tinggal?
#TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #PegiatLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar