Di tengah wabah virus corona seperti sekarang. Ada saja keanehan yang terjadi di masyarakat. Nah, salah satu keanehan itu terjadi di taman bacaan. Ketika sekolah-sekolah “ditutup” justru sebuah taman bacaan di Kaki Gunung Salak Bogor tetap buka. Dan kini menjadi pilihan anak-anak usia sekolah untuk belajar sekaligus membaca.
Berangkat dari keanehan
itulah, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka dihubungi melalui WhatsApp
oleh DAAI TV untuk meliput aktivitas membaca di masa pandemic Covid-19. Maka
pada Jumat, 5 Juni 2020 crew DAAI TV Medi (reporter) dan kamaramen menyambangi
TBM Lentera Pustaka di Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor.
Seperti jam baca biasanya,
seluruh anak-anak TBM Lentera Pustaka memang sudah jadwalnya membaca di hari
Jumat, selain Minggu dan Rabu. Lazimnya di taman bacaan, sekitar 50 anak
pembaca aktif datang ke TBM Lentera Pustaka pukul 09.30 WIB dengan memakai
masker sambil mengucap salam. Lalu antre menggunakan hand sanitizer lalu mengambil
buku bacaan di boks buku. Dan mencari posisi duduk untuk membaca buku dengan
memperhatikan “jaga jarak”. Saat si anak membaca, petugas TBM Lentera Pustaka
pun membagikan face shield yang kebetulan baru diterima dari donatur seminggu
sebelumnya. Patut diketahui, kegiatan membaca di TBM Lentera Pustaka, setiap
anak harus membaca secara bersuara alias membaca nyaring.
Setelah membaca, Syarifudin
Yunus selaku Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka memulai event
bulanan. Karena memang di TBM Lentera Pustaka selalu ada event bulanan dengan
menghadirkan “tamu dari luar” yang kali ini adalah tim LOMA Society yang
mengajarkan cara mencuci tangan dan menyerahkan donasi alat cuci tangan, buku
bacaan, dan APD untuk puskesmas. Aktivitas pun dimulai dan dipandu Pendiri TBM
Lentera Pustaka. Mulai dari salam literasi, doa literasi, dan senam literasi
yang menjadi kultur wajin di TBM Lentera Pustaka. Setelah itu penyerahan donasi
dari LOMA Society dan penyuluhan cara mencuci tangan yang benar oleh dr Emira
Opengat. Lalu, laboratorium baca yang kali ini membahas pendidikan akhlak dari
buku “Pulau Harapan Pulau Kami” tentang pentingnya akhlak menjaga kebersihan
lingkungan dan anak-anak TBM lentera Pustaka pun kembali membaca di berbagai
tempat sekitar TBM. Semua aktivitas itu, diliput oleh DAAI TV. Tentang “tips
membaca di masa pandemi Covid-19”.
Sementara aktivitas membaca
anak-anak sedang berlangsung, lalu tim DAAI TV mewawancarai Syarifudin Yunus
selalu Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka dengan 5 pertanyaan
penting dari 8 pertanyaan yang diajukan. Dan di situlah terkuak
keanehan-keanehan TBM Lentera Pustaka dalam meningkatkan minat baca anak dan
budaya literasi masyarakat yaitu sebagai berikut:
1.
Kenapa
TBM Lentera Pustaka tetap buka di masa pandemi Covid-19?
Nah ini penting diketahui. Bahwa saat
ini sekolah-sekolah “ditutup” akibat wabah virus corona dan kegiatan belajar
mengajar diubah menjadi pembelajaran jarak jaun (PJJ). Namun faktanya, di
kampung-kampung seperti di Desa Sukaluyu initidak bisa diterapkan aktivitas
belajar jarak jauh. Karena infrastruktur tidak tersedia. Anak-anak tidak punya
ponsel atau laptop, serta jaringan internet pun tidak ada. Maka praktis
anak-anak itu tidak ada aktivitas yang berhubungan dengan sekolah. Maka TBM
Lentera Pustaka mengambil peran untuk menyediakan sarana belajar dan membaca di
masa pandemi Covid-19 ini. Belajar jarak jauh itu hanya bisa dilakukan
anak-anak kota yang fasilitasnya tersedia. Tapi anak-anak di kampung pasti
kesulitan untuk belajar jarak jauh. Maka daripada bermain atau nongkrong, maka
TBM Lentera Pustaka jadi alternatif pilihan kegiatan anak-anak selama di rumah
dan di masa pandemic Covid-19. Harusnya pemerintah perlu memperkuat kebedaraan
taman bacaan saat situasi darurat seperti musibah virus corona ini.
2.
Apa
perbedaan kegiatan membaca di TBM Lentera Pustaka sebelum pandemi dan sesudah
terjadinya pandemi Covid-19?
Ya tentu berbeda. Karena sebelum Covid-19
semua kegiatan membaca normal-normal saja. Apalagi di TBM Lentera Pustaka,
normalnya anak-anak membaca dengan berkerumun dan bersuara nyaring. Maka di
masa pandemic Covid-19 ini, aktivitas membaca harus mengikuti protokol kesehatan.
Anak-anak disedikan dan wajib pakai masker, sebelum dan sesudah membaca harus
pakai hand sanitizer, dan kini tersedia face shield per anak. Saat membaca di TBM
pun harus menjaga jarak antara anak yang satu dengan yang lainnya. Nah hebatnya, 95% maskerm hand sanitizer, face
shield tersebut merupakan donasi para sahabat dan donatur TBM Lentera Pustaka.
Saya bersyukur TBM Lentera Pustaka dikelilingi oleh orang-orang baik yang
peduli kepada taman bacaan. Karena jarang-jarang orang peduli pada taman
bacaan, apalagi yang di kampung begini. Butuh waktu dan biaya untuk menjangkau
ke sini.
3.
Apa
saja program yang dijalankan selama masa pandemi Covid-19?
Di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Saya yakin
itu. Maka wabah Covid-19 ini pun memberi hikmah besar, termasuk untuk TBM
Lentera Pustaka. Justru saat Covid-19 ini, anak-anak antusias untuk membaca di
taman bacaan. Saat puasa lalu, TBM Lentera Pustaka bikin program “NGABUBU-READ”
membaca di taman bacaan jelang berbuka sambil disediakan takjil seminggu
sekali, termasuk berbagi mie instan dan paket sembako kepada 48 keluarga tidak
mampu yang anaknya membaca di TBM Lentera Pustaka.
Dan akibat Covid-19 pula, TBM Lentera Pustaka berkreasi
untuk melakukan 3 pembelajaran di taman bacaan, yaitu 1) Pembelajaran
Lingkungan akan pentingnya lingkungan yang bersih dan cara hidup sehat, 2) Pembelajaran
Karakter akan pentingnya memperbaiki karakter dan menyikapi kesulitan di tengah
wabah penyakit, dan 3) Pembelajaran Sosial akan pentingnya menjaga harmoni
sosial dan sikap toleransi dalam berbagai keadaan. Semua program itu dijalankan
dengan model “TBM Edutainment” model taman bacaan yang dikembangkan TBM Lentera
Pustaka, yaitu memadukan konsep edukasi dan hiburan. Agar anak-anak senang berada
di taman bacaan.
4.
Apa
tujuan besar dari aktivitas membaca di TBM Lentera Pustaka?
Nah ini penting. Karena TBM Lentera Pustaka
sejak didirikan 3 tahun lalu bukan hanya untuk menjadi tempat baca anak-anak. Tapi
tujuan besarnya adalah menekan angka putus sekolah anak. Karena di Desa
Sukaluyu ini, 81% tingkat pendidikan masyarakatnya sebatas SD dan 9% SMP. Maka
cara agar tidak ada anak putus sekolah harus diubah mind set atau cara pandangnya
melalui buku bacaan, sekaligus melakukan “perlawanan positif” kepada orang tua.
Saya tidak pakai uang untuk menyuruh anak-anak kampung sekolah. Tapi saya
memilih mengubah mind set melalui buku-buku bacaan. Dan alhamdulillah hingga
kini, tidak ada anak TBM Lentera Pustaka yang putus sekolah.
5.
Apa
harapan TBM Lentera Pustaka?
Harapan saya sebagai pendiri dan kepala
program TBM Lentera Pustaka sederhana. Agar pemerintah memberi perhatian yang
lebih besar atas keberadaan dan eksistensi taman bacaan. Pendidikan itu bukan
hanya formal saja di sekolah. Tapi ada pendidikan masyarakat yang sifatnya
informal dan nonformal seperti taman bacaan. Maka pemerintah harus peduli,
siapapun harus peduli kepada taman bacaan. Caranya pedulinya seperti apa terserah
saja. Wabah Covid-19 ini jadi bukti bahwa pendidikan formal tidak siap dalam
keadaan darurat. Maka Ketika anak-anak “dirumahkan” maka taman bacaan sebagai
bagian pendidikan masyarakt harus diberdayakan. Taman bacaan mampu menjadi “tempat
alternative” anak-anak saat di luar sekolah. Pikiran ini harus ada di
pemerintah dan aparatur manapun dan harus bertindak nyata untuk taman bacaan.
Itulah 5
keanehan yang ada di TBM Lentera Pustaka sebagai taman bacaan yang mengemban
misi untuk meningkatkan minat baca dan budaya literasi masyarakat. Maka ke
depan, taman bacaan di manapun harus terus memperkuan peran dan tanggung
jawabnya sebagai bagian pendidikan masyarakat. Harus dikelola dengan profesional
dan penuh komitmen, bukan hanya sambilan atau seadanya. Taman bacaan harus punya
program yang jelas, kreatif dalam mengelola, dan menyenangkan untuk anak-anak
yang membaca.
Agar kegiatan
membaca di mata anak-anak. Sehingga taman bacaan menjadi tempat membaca yang
menyenangkan, bergaul dengan rileks, dan belajar dengan ceria. Agar anak-anak
tidak tergerus dengan gempuran era digital yang kian kebablasan… Salam literasi #Tamanbacaan
#BudayaLiterasi #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar