Kamis, 16 Mei 2019

Kisah tentang Buku (Selamat Hari Buku Nasional)


Kisah tentang Buku (Selamat Hari Buku Nasional)

Dulu, kata banyak orang, buku selalu dirindu. Tapi kini buku tak lebih hanya sebuah harapan palsu. Karena buku, selalu dipisahkan oleh jarak dan waktu, Sehngga banyak orang yang berkata “rindu buku” pun akhirnya menjauh dari buku. Orang-orang itu, kini memutuskan pergi meninggalkan buku. Tanpa alasan, tanpa omongan. Semua pergi ke dunia digital. Katanya, buku membosankan. Hingga kini, tanpa sepatah kata lagi, mereka terus pergi meninggalkan buku. Buku pun menyendiri. Buku yang hanya bisa diam tergugu di panggung beku. Sambil membawa setumpuk pilu …. Itulah kisah sepenggal buku di bumi Indonesia hari ini.

Maka di Hari Buku Nasional hari ini, 17 Mei 2019, marilah kita bertanya pada diri sendiri. Masihkah kita sekali saja mau memikirkan dan membaca buku? Atau kalian telah menghapus semua kisah tentang buku dari ingatanmu?

Buku makin diam membisu. Di tengah jutaan manusia di bumi ini.
Bukan hanya minat membaca buku yang rendah. Tingkat literasi pun kian payah. Lalu, lebih mudah percaya pada berita yang palsu. Hidup dalam angan-angan pikiran, dalam mimpi kekuasaan dunia. Maka wajar, hari ini tidak ada lagi rindu tentang buku…

Buku tidak lagi bisa bercerita tentang kamu, tentang kita. Karena tidak ada lagi orang-orang yang mau membaca. Bahkan sekarang, sedikit saja dari kita yang mau menulis tentang masa depan melalui buku. Kini, buku tidak lagi jadi ruang ekspresi tentang harapan dan kenyataan.

Karena kamu lebih senang berkata-kata. Tentang rasa bahagia, tentang sedihnya kehilangan, bahkan tentang pahitnya kegagalan. Buku tidak lagi jadi tempat untuk bertutur akan pentingnya perubahan, kekhawatiran, bahkan masih adanya harapan.


Buku memang banyak di nanti. Tapi saat yang sama buku pun dijauhi.
Kita tidak lagi gemar antre di toko buku. Tapi lebih senang nongkrong di kafe-kafe. Terdiam sendiri dengan gadget yang penuh mimpi. Tersenyum sendiri walau tiada arti.

Banyak orang kini sudah lupa.
Bahwa buku harusnya dijadikan kapak untuk mencairkan lautan kebekuan dalam setiap diri. Membaca buku, dianggap sudah tidak bisa dinikmati bahkan tidak lagi bisa memperkaya diri …. Itulah sebab di negeri ini, minat baca rendah, tingkat literasi payah.

Maka di Hari Buku Nasiolan hari ini, kembalikanlah buku di tengah diri.

Berangkat dari rindu kepada buku.
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka yang terletak di Desa Sukaluyu Kaki Gn. Salak Bogor bertekad untuk tetap memghadirkan buku sebagai bahan bacaan bermutu. Melalui konsep "TBM-edutainment", kini terbukti ada 60 anak pembaca aktif usia sekolah yang masih mampu membaca rata-rata 5-10 buku per minggu. Dengan koleksi lebih dari 3.000 buku, TBM Lentera Pustaka ingin mengubah “mind set” agar anak-anak tetap mau membaca. Sehingga bertambah pengetahuan dan wawasan. Agar tidak dangkal pikiran; agar tidak ada lagi anak yang putus sekolah.

"Di Hari Buku Nasional, 17 Mei ini, TBM Lentera Pustaka terus menggalakkan tradisi baca dan budaya literasi anak-anak di kampung. Agar ada harapan baik di masa depan anak-anak kita. Membaca harus dikembalikan jadi gaya hidup kita" ujar Syarifudin Yunus, Kepala Program TBM Lentera Pustaka yang berprofesi sebagai Dosen Unindra dan tengah menempuh S3 Manajemen Pendidikan di Unpak Bogor.

Ketahuilah, hanya dengan membaca, kita dapat ikut serta menyelamatkan masa depan anak-anak. Maka semua pihak harus ikut peduli dan berkontribusi. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi anak-anak.

Jangan bilang kita cinta anak, bila tidak ada aksi nyata. Karena cinta bukan hanya serpihan ludah yang terpancar dari lisan semata. Tapi cinta itu tentang pengabdian dan kepedulian yang tertumpahkan tanpa henti sepanjang masa. Ubah niat baik menjadi aksi nyata…

Tetaplah berpihak, untuk mendekatkan anak-anak dengan buku. Dan jadikanlah membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan. Salam literasi dan Selamat Hari Buku Nasional …#TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen #BudayaLiterasi #TamanBacaan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar