Kisah
tentang Buku (Selamat Hari Buku Nasional)
Dulu, kata banyak orang, buku selalu dirindu. Tapi
kini buku tak lebih hanya sebuah harapan palsu. Karena buku, selalu dipisahkan
oleh jarak dan waktu, Sehngga banyak orang yang berkata “rindu buku” pun
akhirnya menjauh dari buku. Orang-orang itu, kini memutuskan pergi meninggalkan
buku. Tanpa alasan, tanpa omongan. Semua pergi ke dunia digital. Katanya, buku
membosankan. Hingga kini, tanpa sepatah kata lagi, mereka terus pergi
meninggalkan buku. Buku pun menyendiri. Buku yang hanya bisa diam tergugu di
panggung beku. Sambil membawa setumpuk pilu …. Itulah kisah sepenggal buku di
bumi Indonesia hari ini.
Maka di Hari Buku Nasional hari
ini, 17 Mei 2019, marilah kita bertanya pada diri sendiri. Masihkah kita sekali saja mau memikirkan dan
membaca buku? Atau kalian telah menghapus semua kisah tentang buku dari ingatanmu?
Buku makin diam membisu. Di tengah jutaan manusia
di bumi ini.
Bukan hanya minat membaca buku yang rendah. Tingkat
literasi pun kian payah. Lalu, lebih mudah percaya pada berita yang palsu.
Hidup dalam angan-angan pikiran, dalam mimpi kekuasaan dunia. Maka wajar, hari
ini tidak ada lagi rindu tentang buku…
Buku tidak
lagi bisa bercerita tentang kamu, tentang kita. Karena tidak ada lagi
orang-orang yang mau membaca. Bahkan sekarang, sedikit saja dari kita yang mau
menulis tentang masa depan melalui buku. Kini, buku tidak lagi jadi ruang
ekspresi tentang harapan dan kenyataan.
Karena kamu
lebih senang berkata-kata. Tentang rasa bahagia, tentang sedihnya kehilangan, bahkan
tentang pahitnya kegagalan. Buku tidak lagi jadi tempat untuk bertutur akan
pentingnya perubahan, kekhawatiran, bahkan masih adanya harapan.
Buku memang
banyak di nanti. Tapi saat yang sama buku pun dijauhi.
Kita tidak
lagi gemar antre di toko buku. Tapi lebih senang nongkrong di kafe-kafe.
Terdiam sendiri dengan gadget yang penuh mimpi. Tersenyum sendiri walau tiada
arti.
Banyak orang kini sudah lupa.
Bahwa buku harusnya dijadikan kapak untuk mencairkan lautan kebekuan
dalam setiap diri. Membaca buku, dianggap sudah tidak bisa dinikmati bahkan
tidak lagi bisa memperkaya diri …. Itulah sebab di negeri ini, minat baca
rendah, tingkat literasi payah.
Maka di Hari Buku Nasiolan hari ini, kembalikanlah buku di
tengah diri.
Berangkat dari rindu kepada buku.
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera
Pustaka yang terletak di Desa Sukaluyu Kaki Gn. Salak Bogor bertekad untuk
tetap memghadirkan buku sebagai bahan bacaan bermutu. Melalui konsep
"TBM-edutainment", kini terbukti ada 60 anak pembaca aktif usia
sekolah yang masih mampu membaca rata-rata 5-10 buku per minggu. Dengan koleksi
lebih dari 3.000 buku, TBM Lentera Pustaka ingin mengubah “mind set” agar
anak-anak tetap mau membaca. Sehingga bertambah pengetahuan dan wawasan. Agar
tidak dangkal pikiran; agar tidak ada lagi anak yang putus sekolah.
"Di Hari Buku Nasional, 17 Mei ini, TBM
Lentera Pustaka terus menggalakkan tradisi baca dan budaya literasi anak-anak
di kampung. Agar ada harapan baik di masa depan anak-anak kita. Membaca harus
dikembalikan jadi gaya hidup kita" ujar Syarifudin Yunus, Kepala Program
TBM Lentera Pustaka yang berprofesi sebagai Dosen Unindra dan tengah menempuh
S3 Manajemen Pendidikan di Unpak Bogor.
Ketahuilah,
hanya dengan membaca, kita dapat ikut serta menyelamatkan masa depan anak-anak.
Maka semua pihak harus ikut peduli dan berkontribusi. Demi tegaknya tradisi baca
dan budaya literasi anak-anak.
Jangan bilang kita cinta anak, bila tidak
ada aksi nyata. Karena cinta bukan hanya serpihan ludah yang terpancar dari
lisan semata. Tapi cinta itu tentang pengabdian dan kepedulian yang
tertumpahkan tanpa henti sepanjang masa. Ubah niat baik menjadi aksi nyata…
Tetaplah berpihak, untuk mendekatkan
anak-anak dengan buku. Dan jadikanlah membaca sebagai kegiatan yang
menyenangkan. Salam literasi dan Selamat Hari Buku Nasional …#TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen
#BudayaLiterasi #TamanBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar