Saat meneguk kopi, terenungkan. Ternyata, kopi sering dipilih bukan karena Namanya. Bukan karena bentuknya atau cerita di baliknya. Melainkan karena rasa yang diam-diam menenangkan. Kopi yang membuang rasa kantuk, bahkan menggairahkan penikmatnya. Selalu ada kehangatan yang tidak memaksa. Ada pahit yang jujur, dan ada tenang yang hadir tanpa janji. Dari seteguk kopi, kita belajar bahwa kenyamanan tidak selalu datang dari pilihan yang paling manis. Tapi dari yang paling bisa diterima apa adanya. Dinikmati prosesnya, sepasan atau sedingin apapun.
Terkadang dalam hidup, banyak hal yang tampak menarik di awal. Namun
terasa asing ketika dijalani. Sebaliknya, ada sesuatu yang sederhana, bahkan
biasa, tetapi membuat kita betah berlama-lama. Kenyamanan bekerja, pergaulan
dan aktivitas sosial pun seperti kopi. Ia tidak berisik memanggil perhatian,
namun pelan-pelan membuat kita merasa pulang. Kita tidak memilihnya karena
logika, melainkan karena rasa yang tumbuh dengan sendirinya.
Ngopilah dulu, rileks sejenak dan tidak usah merasa paling merana.
Sebab, pada akhirnya hidup bukan soal memilih yang terlihat paling sempurna. Melainkan
merasakan mana yang membuat hati tidak gelisah. Tetap tenang dan bersyukur. Kenyamanan
tidak bisa dipaksakan oleh penilaian orang lain, karena ia bersifat personal
dan sunyi. Seperti kopi, ia tidak perlu alasan panjang, cukup satu tegukan
untuk tahu: inilah yang paling pas untuk diri sendiri.
Seteguk kopi, selalu mengingatkan tidak usah merasa jadi orang
penting. Sebab saat si orang penting mati pun, bumi tetap berputar. Nikmati, jalani,
dan syukuri walau hanya seteguk kopi. Salam literasi!

_cropped_processed_by_imagy.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar