Karier itu hampir selalu jatuh bangun. Ada yang berjalan mulus, ada yang penuh tantangan, bahkan ada yang “jalan di tempat”. Semuanya bisa terjadi pada karier siapapun. Satu hal yang pasti, karier tidak bisa dibangun dalam “satu malam”. Maka wajar, saat mulai menjalani karier, ada yang salah pilih pekerjaan, atau kurang percaya diri. Di tengah jalan pun karier bisa berubah, akibat berubahnya minat dan passion dalam pekerjaan. Dulu ingin A, sekarang ingin B.
Karenanya perlu disadari, setiap
perjalanan karier dan di level apapun pekerjaan pasti ada ujiannya sendiri.
Karier apapun, ada yang diragukan dulu, sebelum akhirnya dipercaya.Ada yang diremehkan
dulu, sebelum akhirnya dihormati. Itu semua biasa terjadi dalam perjalanan
karier seseorang. Bahkan sering kali, kita harus memikul beban yang bukan tanggung
jawab pekerjaan kita. Sebelum akhirnya kita dianggap layak pegang tanggung
jawab yang lebih besar.
Begitulah karier yang dialami
seseorang. Kita baru tahu apa yang cocok setelah mencoba dan kadang tersandung.
Kita jadi tahu ada atasan yang tidak kapabel, ada pula yang begitu elegan
membimbing anak buahnya. Jadi jatuh-bangun di karier bukan tanda gagal. Justru
tanda kita bertumbuh. Biar bagaimana pun, membangun karier harus terus belajar,
adaptif, dan punya tujuan jangka panjang, termasuk soal soal keuangan dan masa
pensiun.
Tapi sayangnya, banyak orang
berjuang mati-matian untuk membangun karier. Kerja dari pagi hingga larut malam
untuk bisa naik jabatan atau pangkat, biar naik gaji. Tapi setelah puluhan
tahun bekerja pada akhirnya terap “tidak punya uang” setelah pensiun. Akibat ngotot
membangun karier tapi tidak memikirkan masa pensiunnya sendiri. Lupa, bahwa
setiap orang kerja pasti akan pensiun. Lupa karier bukan segalanya tapi
ketenangan hidup di hari tua harusnya jadi acuan. Karier dan dana pensiun itu,
sejatinya sama-sama perlu disiapkan.
Karier dan dana pensiun,
punya kaitan yang erat. Keduanya saling memengaruhi sejak awal seseorang mulai
bekerja. Sebab semakin panjang dan stabil karier seseorang, maka semakin besar
potensi dana pensiun yang diperlukan. Karier yang meningkat akan memperbesar
biaya dan gaya hidup. Lalu, bagaimana standar dan gaya hidup dapat dipertahanakn
di hari tua nantinya bila tanpa dana pensiun?
Benefit tiap perusahaan itu berbeda-beda.
Ada perusahaan yang sediakan DPLK atau dana pensiun, ada pula yang tidak sediakan
dana pensiun. Karenanya, setiap karier atau pekerjaan bisa memengaruhi kesiapan
pensiun seseoarang. Semestinya, seseorang yang merencanakan kariernya harusnya juga
lebih terencana soal kapan ingin pensiun dan berapa target kebutuhan hidupnya
di masa pensiun. Mau semoncer apapun karier sama sekali tidak mengurangi
kebutuhan akan kesiapan masa pensiun.
Tiap
tahun naik gaji, tentu bukan untuk menaikkan gaya hidup. Justru kenaikan gaji artinya punya kemampuan untuk
menaikkan tabungan pensiun. Promosi, bonus, atau peningkatan jabatan sepatutnya
bisa meningkatkan kontribusi iuran dana pensiun. Apalagi buat pekerja yang
sering pindah kerja atau freelancer justru tanggung jawab masa pensiun berada
di dirinya sendiri. Bila tidak menyiapkannya, maka masa pensiunnya berpotensi
mengalami masalah keuangan. Ingat, saat ini 1 dari 2 pensiunan di Indonesia
hanya bisa mengandalkan transferan anaknya untuk biaya hidup di hari tua.
Sebab, 9 dari 10 pekerja saat ini sama sekali tidak siap untuk pensiun akibat
tidak punya dana yang cukup di hari tua
Pesannya sederhana, mumpung
masih bekerja mumpung masih punya karier. Mulailah untuk mempersiapkan masa
pensiun atau hari tua. Jangan terlalu mengandalkan perusahaan tempat kita
bekerja. Tapi mulailah dari diri sendiri untuk memiliki dana pensiun. Agar
kerja yes, pensiun oke, Salam #YukSiapkanPensiun

Tidak ada komentar:
Posting Komentar