Tahu nggak, pada
akhirnya ada yang disebut orang yang bangkrut? Orang yang dalam kondisi pailit,
ketika asetnya tidak cukup untuk membayar utang-utangnya. Istilahnya disebut
“muflis”. Sebutan untuk orang yang bangkrut.
Bangkrut itu bukan hanya
soal harta atau uang. Tapi juga soal amal. Ketika amal baiknya lebih sedikit
dari amal buruk. Sedekah jarang tapi kerjanya menggunjing orang lain.
Bertingkah baik belum tentu tapi menebar aib orang justru disukai. Pasti
bangkrut nantinya di hari perhitungan. Muflis, lagi-lagi bangkrut. Ketika di
dunia, justru lebih banyak amal buruknya daripada baiknya.
Kita sering lupa.
Kehidupan ini adalah medan ujian ada banyak cobaan selagi di masih di dunia.
Maka setiap kita, selalu diberikan peluang untuk berbuat baik dan mengumpul
pahala sebagai bekal untuk “pulang”. Tapi sayang, tidak sedikit amal dan pahala
ya g sudah dirintis justru lenyap akibat kita menzolimi orang lain. Merusak hak
orang lain di dunia.
Dalam hadis Nabi SAW,
diceritakan tentang seseorang yang kelihatan kaya dengan pahala di akhirat.
Namun akhirnya menjadi bangkrut atau muflis. Akibat pahalanya habis dipakai
untuk menganiaya orang lain. Tanpa disadari, hari-harinya dipakai untuk
mengurusi hidup orang lain lalu berturut tentang yang buruk-buruk. Lupa diri,
bahwa kita sama sekali tidak tahu banyak tentang orang lain. Tahu hanya sedikit
saja, tapi bicara banyak sekali seperti yang menyekolahkan orang lain. Muflis
alias bangkrut.
Kok bisa bangkrut? Iya
karena hidupnya lebih banyak dipakai untuk mengumpat, memfitnah, atau menzalimi
orang lain. Selain berkeluh kesah dan gampang iri, hidupnya digunakan untuk
“menyudutkan” orang lain. Bila orang lain salah, seolah-olah dirinya selalu
benar. Begitulah orang yang pailit.
Jadi buat apa baik hanya
tampak depan? Sementara saat di belakang kebalikannya. Segala kebaikan yang
sudah terkumpul sepanjang hidup langsung sirna. Lenyap pahalanya akibat
dimangsa kezaliman atau aniaya yang dibuatnya sendiri.
Mengerikan. Semua pahala
yang dimiliki jadi tidak cukup untuk membayar dosa-dosa orang yang
dianiaya-nya. Habis akibat fitnah dan ghibah yang dilakukannya.
“Wahai orang-orang yang
beriman! Jauhilah kebanyakan sangkaan (dugaan terhadap sesamamu), karena
sesungguhnya sebagian dari sangkaan itu adalah dosa; dan janganlah kamu
mengintip atau mencari-cari kesalahan orang lain; dan janganlah sebagian kamu
mengumpat sebagian yang lain. Adakah salah seorang daripada kamu suka memakan
daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Mengasihani.”
Kita sering lupa.
Mengumpat atau berghibah mungkin tampak ringan di dunia. Hanya sekadar
nongkrong di warung kopi pun bisa terjadi ghibah. Hanya di grup WA pun bisa
memfitnah. Ringan sekali tapi sayangnya itu semua berat di mata Allah.
Fitnah, ghibah, bahkan
aniaya bukan sekadar dosa antara kita dan Allah. Tapi melibatkan hak manusia lain,
ada mental orang lain yang dizolimi. Bayangkan di akhirat nanti, wajah-wajah
orang yang kita zolimi akan ditayangkan di hadapan kita sendiri. Dan mereka
berhak menuntut pahala kita sebagai ganti atas kerusakan yang telah kita
lakukan terhadap mereka. Mengenaskan dan akhirnya muflis alias bangkrut.
Maka, teruslah perbaiki
diri. Tidak ada manusia yang sempurna termasuk diri kita.
Jagalah lidah, jagalah
hak sesama manusia. Jagalah agar banyak orang lain tidak sedih dan kecewa
karena kita. Karena kelak, semuanya akan dituntut kembali. Semuanya akan kita
pertanggungjawabkan.
Jangan sampai muflis
alias bangkrut. Teruslah berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama,
seperti membimbing anak-anak membaca di taman bacaan. Salam literasi
#TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen #TamanBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar