Faktanya, orang pintar masih kalah sama orang yang beruntung. Orang yang sekolah tinggi belum tentu beruntung, Mungkin terllau banyak mikir, terlalu idealis. Tapi beda dengan orang beruntung, rileks saja samabil tiktok-an tiap hari. Sekalipun nggak sekolah tinggi, tapi followers-nya banyak. Orang pintar mikirnya “ada apanya”, sedangkan orang beruntung cukup hanya “apa adanya”.
Jadilah orang beruntung.
Karena orang beruntung selalu ada di posisi yang menguntungkan. Hidupnya apa
adanya, hatinya merasa tenteram. Dizolimi orang diam saja, diomongin orang
tenang saja. Orang beruntung sering bikin orang pintar “insecure”, bahkan nggak
sedikit orang pintar yang pengen seperti orang beruntung.
Banyak orang pengen jadi
orang beruntung. Kerjanya sedikit tapi tetap digaji besar tiap bulan. Bikin
taman bacaan selalu ramai aktivitas dan banyak bantu pula. Dibeasiswai hingga
sekolah S3, tanpa biasa sepeser pun. Orang beruntung tahu diri dan rileks aja. Ada
orang julid dibiarkan. Ada orang iri didiamkan. Tenang dan hanya mengerjakan
apa yang harus dikerjakan aja. Bahkan orang beruntung nggak pernah mau cari “panggung”
hanya untuk dipuji orang, apalagi untuk popularitas. Saking banyaknya orang
yang ingin jadi orang beruntung, ada yang nyeletuk, "Tolong dong, kalau
ada training manajemen keberuntungan, gue pasti ikut. Berapapun bayarannya".
Sepertinya keberuntungan memang kesempatan yang langka dan mustahil terjadi di
pikiran sebagian besar orang.
Apa iya, beruntung itu
mustahil terjadi? Beruntung itu mustahil tercapai? Iya pasti, karean dipikir pakai
otak, pakai logika. Mungkin, malah “setengah percaya” sama Tuhan. Jadi,
beruntung dianggap sesuatu yang mustahil. Tapi silakan cek saja, kawan atau
teman yang selalu beruntung hidupnya. Seperti youtuber, tiktokers yang akhirnya
“beruntung”. ini beneran tercapai. Normalnya sih nggak bisa diraih tapi
nyatanya dapat dan terjadi. Begitulah orang-orang yang beruntung.
Di dunia ini, nggak ada
yang mustahil. Semuanya bisa terjadi atas kehendak-Nya. Jangan paksa otak untuk
bilang “tidak mungkin”. Emangnya siapa kita? Allah bila sudah mau, apapun bisa
terjadi. Orang beruntung itu ada dan nyata, seperti orang pintar atau orang sok
pintar pun ada. Tapi yang jelas, beruntung itu nggak datang dengan sendirinya. Keberuntungan
itu ternyata ada rumusnya.
Apa rumusnya jadi orang
beruntung? Cukup taat dan bertakwa kepada Allah. Karena orang yang bertawa akan
mendapatkan petunjuk dari Allah. Siapapun bila sudah dituntun oleh Allah,
hidupnya pasti berlimpah keberuntungan. Jalannya gampang, dan tidak pernah takut
dizolimi orang lain. Meski jalannya berliku atau sulit, tetap aja bisa diatasi.
Pada orang yang beruntung, Allah selalu membukakan jalan keluar dan memberikan
yang terbaik untuknya. Orang beruntung hanya berbuat baik dan menebar manfaat
di mana pun berada.
Mau nggak, jadi orang
yang beruntung? Ya, jalani dan praktikkan saja yang Allah senangi. Pasti
nantinya disenangkan Allah. Tetap saja kerjakan yang baik dan bermanfaat.
Biarkan orang-orang julid dan bersiasat bekerja dengan caranya. Toh, akhirnya
tidak akan mempan di hadapan Allah. Perbaiki niak, baguskan ikhtiar, dan berdoalah
kepada-Nya. Insya Allah, dDijamin akan bertemu dengan keberuntungan yang tidak
pernah ptus.
Beruntung itu bukan
kebetulan. Tapi hidup untuk menyenangkan Allah, maka Allah akan senangkan hidupnya.
Dan jangan pernah meng-kalkulasi keberuntungan dari Allah dengan otak dengan
logika, setinggi apapun sekolah kita. Jadi, di mana salahnya orang pintar? Karena tidak pernah percaya keberuntungan akibat kepintaran otaknya. Salam literasi #TBMLenteraPustaka
#TamanBacaan #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar