Kamis, 28 Desember 2023

Literasi Mental Block di Tahun Baru, Bukan Bikin Resolusi yang Berlebihan

Tiap mau pergantian tahun, banyak orang bikin resolusi. Berlomba-lomba menuliskan daftar keinginan untuk tahun yang akan datang. Ada yang jumlahnya sedikita, ada yang banyak. Tergantung apa saja yang ingin dicapai di tahun depan. Tentu, sah-sah saja dan boleh-boleh saja. Namanya juga keinginan, kan tiap orang pasti beda-beda.


Tapi sayangnya di saat yang sama, tidak banyak orang yang menyadari. Bahwa persoalannya bukan di resolusi atau rencana keinginan. Justru problem besarnya ada di diri sendiri. Ada “penyakit” di diri sendiri yang disebut “mental block”. Sikap mental yang buruk, berasal dari pikiran bawah sadar yang akhirnya mengalir deras ke pikiran sadar. Sifat tidak yakin, kurang percaya diri, gampang mengeluh, gelisah, pesimis, berpikir negatif bahkan gampang iri dan benci kepada orang lain. Mental block, bikin pengidapnya jadi tidak fokus. Kerjanya hanya “mengintip” laju orang lain, lalai untuk memperbaiki diri.

 

Siapapun, tentu sangat boleh bikin resolusi. Bikin segudang rencana dan keinginan yang ingin dicapai. Tapi bila tidak menyingkirkan “mental block” pada dirinya, sangat sulit untuk berubah atau menjadi lebih baik. Mental block itu penyakit yag menyerang pikiran dan sikap, hingga tercermin ke perilaku sehari-hari. Sedikit-sedikit menyalahkan orang lain, apa-apa merasa jadi “korban”. Lupa untuk memperbaiki diri dan terlalu tergantung kepada orang lain. Lihat saja di sekitar kita, orang-orang yang punya “mental block” pasti ya gitu-gitu saja atau gini-gini saja.

 

Hati-hati dengan mental block. Masalah itu bukan di orang lain. Tapi di diri sendiri. Terlalu senang mencari-cari masalah, jadi pesimis dan tidak mampu mensyukuri apa yang ada. Sehingga berpikir dan bertindak yang salah. Jalan hidupnya salah, apalagi ibadahnya. Mental block biasanya lahir dari karakter buruk, dari lingkungan pergaulan yang berantakan, dan terlalu khawatir pada diri sendiri. Mental block, bikin jadi tidak produktif dan tidak kreatif. Dan akhirnya, serba menyalahkan orang lain. Mana ada resoslusi dan rencana yang bisa diraih, bila hati dan pikirannya sakit.

 

Mental block itu lawannya good mental health. Kesehatan mental, saat kondisi kepribadian dan pikiran selalu tenang dan ikhlas atas kondisi apapun. Sadar diri untuk selalu memperbaiki diri dan ikhtiar yang baik. Agar pikiran tetap jernih dan tindakan tetap positif. Kesehatan mental itu hanya terjadi bila mampun memfasilitasi urusan emosional, psikologis, dan sosial. Seimbang lahir batin, seimbang hak dan kewajiban, dan seimbang dunia – akhirat. Jangan Cuma urus dunia, tapi tidak memperbaiki akhirat. Jangan hanya tuntut hak tanpa mau jalankan kewajiban. Mental block!

 

 


Maka sejelek-jeleknya aktivitas di taman bacaan dan gerakan literasi adalah membuang jauh-jauh “mental block”. Selalu ada yang bisa diperbuat untuk orang lain. Berbuat baik dan menebar manfaat melalui aktivitas membaca buku, berantas buta aksara, mengajar calistuung, hingga menjalankan motor baca keliling seperti yang terjadi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Di taman bacaan, tidak berceloteh apalagi lagi berdiam diri. Tapi berbuat sesuatu yang dibutuhkan orang lain.  Tidak ada jalan buntu di taman bacaan!

 

Saya bersyukur berkiprah di taman bacaan. Sehingga membentuk mentalitas untuk berkata "selalu bisa asal mau". Taman bacaan yang mengajarkan untuk selalu optimis, pantang menyerah, dan harus punya tujuan jelas. Terbukti sudah di taman bacaan, bahwa “yang baik akan mengalahkan yang jahat”. Bahkan “yang ikhlas akan mudah meraih yang diinginkan”. Tidak ada mental block di taman bacaan. Karena semua pengabdian dan kiprah sosial dijalankan dengan sepenuh hati, tetap bersyukur, pantang menyerah, dan ikhlas. Dan yang paling penting “sabar” dalam segala keadaan. Karena “Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas” (QS. 39:10).

 

Tidak perlu ada resolusi, apalagi rencana karena mau datang tahun baru. Cukup kerjakan apa yang diperintah-Nya, lakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat untuk orang banyak. Pantang mengeluh, apalagi bermentalitas ”korban”. Terus saja memperbaiki diri tanpa ada rasa benci dan dendam atas alasan apapun. Sama sekali tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain, apalagi menyelahkan orang lain. Syukuri saja apa yang ada dan sabar saat menjalaninya. Karena sejatinya, apapun dan berapapun yang dimiliki, semuanya memang sudah pantas untuk kita.

 

Tahun baru itu soal waktu dan akan terus berulang. Tidak ada yang Istimewa, kecuali terus-meneru berbuat yang baik dan bermanfaat dengan sepenuh hati. Kerjakan dengan hati, bukan dengan otak. Jaga keseimbangan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Maka di tahun baru dan seterusnya, cukup senangkan saja Allah SWT, insya Allah kita akan selalu disenangkan-Nya. Bila begitu, apapun pasti jadi lebih mudah dan indah. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar