Tiap mau pergantian tahun, banyak orang bikin resolusi. Berlomba-lomba menuliskan daftar keinginan untuk tahun yang akan datang. Ada yang jumlahnya sedikita, ada yang banyak. Tergantung apa saja yang ingin dicapai di tahun depan. Tentu, sah-sah saja dan boleh-boleh saja. Namanya juga keinginan, kan tiap orang pasti beda-beda.
Tapi sayangnya di saat yang sama, tidak banyak orang yang menyadari. Bahwa persoalannya
bukan di resolusi atau rencana keinginan. Justru problem besarnya ada di diri
sendiri. Ada “penyakit” di diri sendiri yang disebut “mental block”. Sikap
mental yang buruk, berasal dari pikiran bawah sadar yang akhirnya mengalir
deras ke pikiran sadar. Sifat tidak yakin, kurang percaya diri, gampang
mengeluh, gelisah, pesimis, berpikir negatif bahkan gampang iri dan benci
kepada orang lain. Mental block, bikin pengidapnya jadi tidak fokus. Kerjanya
hanya “mengintip” laju orang lain, lalai untuk memperbaiki diri.
Siapapun, tentu sangat boleh bikin
resolusi. Bikin segudang rencana dan keinginan yang ingin dicapai. Tapi bila tidak
menyingkirkan “mental block” pada dirinya, sangat sulit untuk berubah
atau menjadi lebih baik. Mental block itu penyakit yag menyerang pikiran
dan sikap, hingga tercermin ke perilaku sehari-hari. Sedikit-sedikit
menyalahkan orang lain, apa-apa merasa jadi “korban”. Lupa untuk memperbaiki
diri dan terlalu tergantung kepada orang lain. Lihat saja di sekitar kita,
orang-orang yang punya “mental block” pasti ya gitu-gitu saja atau
gini-gini saja.
Hati-hati dengan mental block. Masalah itu bukan di orang
lain. Tapi di diri sendiri. Terlalu senang mencari-cari masalah, jadi pesimis dan
tidak mampu mensyukuri apa yang ada. Sehingga berpikir dan bertindak yang
salah. Jalan hidupnya salah, apalagi ibadahnya. Mental block biasanya
lahir dari karakter buruk, dari lingkungan pergaulan yang berantakan, dan
terlalu khawatir pada diri sendiri. Mental block, bikin jadi tidak produktif
dan tidak kreatif. Dan akhirnya, serba menyalahkan orang lain. Mana ada resoslusi
dan rencana yang bisa diraih, bila hati dan pikirannya sakit.
Mental block itu lawannya good mental health.
Kesehatan mental, saat kondisi kepribadian dan pikiran selalu
tenang dan ikhlas atas kondisi apapun. Sadar diri untuk selalu memperbaiki diri
dan ikhtiar yang baik. Agar pikiran tetap jernih dan tindakan tetap positif. Kesehatan
mental itu hanya terjadi bila mampun memfasilitasi urusan emosional, psikologis, dan sosial.
Seimbang lahir batin, seimbang hak dan kewajiban, dan seimbang dunia – akhirat.
Jangan Cuma urus dunia, tapi tidak memperbaiki akhirat. Jangan hanya tuntut hak
tanpa mau jalankan kewajiban. Mental block!
Maka sejelek-jeleknya
aktivitas di taman bacaan dan gerakan literasi adalah membuang jauh-jauh “mental
block”. Selalu ada yang bisa diperbuat untuk orang lain. Berbuat baik dan
menebar manfaat melalui aktivitas membaca buku, berantas buta aksara, mengajar
calistuung, hingga menjalankan motor baca keliling seperti yang terjadi di
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Di
taman bacaan, tidak berceloteh apalagi lagi berdiam diri. Tapi berbuat sesuatu
yang dibutuhkan orang lain. Tidak ada
jalan buntu di taman bacaan!
Saya bersyukur berkiprah
di taman bacaan. Sehingga membentuk mentalitas untuk berkata "selalu bisa
asal mau". Taman bacaan yang mengajarkan untuk selalu optimis, pantang
menyerah, dan harus punya tujuan jelas. Terbukti sudah di taman bacaan, bahwa “yang
baik akan mengalahkan yang jahat”. Bahkan “yang ikhlas akan mudah meraih yang
diinginkan”. Tidak ada mental block di taman bacaan. Karena semua
pengabdian dan kiprah sosial dijalankan dengan sepenuh hati, tetap bersyukur,
pantang menyerah, dan ikhlas. Dan yang paling penting “sabar” dalam segala
keadaan. Karena “Hanya orang-orang yang bersabarlah
yang disempurnakan pahalanya tanpa batas” (QS. 39:10).
Tidak perlu ada resolusi, apalagi rencana
karena mau datang tahun baru. Cukup kerjakan apa yang diperintah-Nya, lakukan sesuatu
yang baik dan bermanfaat untuk orang banyak. Pantang mengeluh, apalagi bermentalitas
”korban”. Terus saja memperbaiki diri tanpa ada rasa benci dan dendam atas alasan
apapun. Sama sekali tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain, apalagi
menyelahkan orang lain. Syukuri saja apa yang ada dan sabar saat menjalaninya. Karena
sejatinya, apapun dan berapapun yang dimiliki, semuanya memang sudah pantas
untuk kita.
Tahun baru itu soal waktu dan akan terus
berulang. Tidak ada yang Istimewa, kecuali terus-meneru berbuat yang baik dan
bermanfaat dengan sepenuh hati. Kerjakan dengan hati, bukan dengan otak. Jaga keseimbangan
lahir dan batin, dunia dan akhirat. Maka di tahun baru dan seterusnya, cukup senangkan
saja Allah SWT, insya Allah kita akan selalu disenangkan-Nya. Bila begitu, apapun
pasti jadi lebih mudah dan indah. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar