Satu di antara banyak kelemahan manusia adalah terlalu gampang menilai orang lain hanya dari penampilan luar. Terlalu mudah percaya dari perkataan orang lain. Tidak banyak tahu tapi seolah-olah paling tahu. Berprasangka buruk kepada orang lain. Ngasih makan nggak, nyekolahin nggak. Tapi giliran ngomong seperti yang ngelahirin. Lupa, prasangka buruk itu perbuatan tercela.
Manusia, memang cenderung gemar menilai
orang lain. Sayangnya, dia tidak suka jika orang lain berbalik
menilainya. Prasangkanya buruk, akhalkanya jelek. Terlalu gampang menuding
bahkan memvonis orang lain. Seperti si siswa SMP di Cilacap yang viral memukul kawannya
sendiri. Karena prasangka buruknya, temannay dianggap bergabung ke geng lain,
lalu dia membully dan menganiaya orang lain seenaknya. Alhamdulillah dan
bersyukur, si siswa SMP yang “sok jagoan” itu akhirany ditangkap polisi dan
harus “dikurung” akibat perbuatan jahatnya.
Terbukti, prasangka buruk itu bukan hanya
merugikan orang lain. Tapi merugikan diri sendiri. Maka jangan berprasangka
buruk kepada siapapun, atas alasan apapun. Apalagi bila nggak tahu duduk perkaranya.
Lebih baik diam daripada berprasangka buruk. Karena prasangka buruk itu simbol rusaknya keimanan
seseorang. Bobroknya akhlak seseorang. Saat prasangka buruk menyelimuti, di situlah
hasutan setan datang. Gibah dan fitnah bertebaran akibat prasangka buruk. Bahkan
rusaknya hubungan dan silaturahim, sering kali akibat prasangka buruk.
Ketahuilah, “Sungguh
seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhoan Allah, namun
dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan
derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang
mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab
perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari no. 6478
dan Muslim no. 2988).
Agar terhindar
dari prasangka buruk dan perbuatan yang sia-sia itu pula, saya lebih memilih
berkiprah di Taman Bacaan Masayarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak.
Untuk membiasakan berbuat baik dan menebar manfaat. Sambil menjauh dari
orang-orang yang hanya banyak omong tanpa aksi nyata. Menjauh dari obrolan yang
sia-sia, apalagi hanya bergosip tanpa ujung. Di TBM Lentera Pustaka, saya jadi
lebih mampu menahan diri dari keinginan berprasangka buruk kepada orang lain.
Sibuk untuk mengabdi secara sosial, di samping menghindari lisan-lisan yang tercela.
Ada Pelajaran akhlak yang luar biasa saat berada di taman bacaan. Lalu, kenapa
masih banyak orang yang “bersahabat” dengan prasangka buruk tanpa aksi nyata
yang baik? Silakan dipikirkan sendiri.
Literasi itu
penting bukan untuk mengajak orang lain membaca. Tapi lebih dari itu, literasi
justru mengajarkan siapapun untuk tidak gampang berprasangka buruk terhadap diri sendiri, orang lain,
kehidupan, bahkan kepada Tuhan. Berhentilah berprasangka buruk, berpindahlah ke
perbuatan baik. Ubah niat baik jadi aksi nyata. Untuk selalu menebarkan benih-benih kebaikan dan manfaat kepada sesama.
Tapi
bila keadaan yang memaksa, biarlah orang lain berprasangka buruk. Karena
memang, hak orang lain untuk berprasangka buruk bahkan membenci kita. Tapi,
kewajiban kita adalah tetap berbuat baik kepada semua orang. Seperti saat minum
secangkir kopi, silakan tambahkan gula, dicampur
susu, atau ditaburi coklat. Terserah Anda. Tapi ingat, seninya minum kopi adalah
kita belajar memahami pahitnya kopi. Salam literasi #PegiatLiterasi
#TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar