Senin, 14 Agustus 2023

Literasi Jebakan, Terbuai Gaya Hidup

 

Jebakan itu perangkap yang bisa bikin terlena pemiliknya. Gampangnya pinjam uang di pinjol. Sok pandai bergaul padahal bikin merana. Bahkan pikiran bobrok tanpa akhlak pun jadi jebakan. Sudah banyak contoh, orang-orang yang merana akibat terperangkap jebakan. Seperti koruptor pun dipenjara akibat jebakan gaya hidup atau nafsu atas uang. Berjiwa konsumtif dan salah bergaul, sehingga menjadikan kesenangan sesaat dianggap tujuan hidup. 

 

Hati-hati terhadap jebakan. Karena di sekitar kita kian banyak “perangkap” yang siap memakan “mangsanya”. Entah di media sosial, di aplikasi digital hingga dalam pergaulan sehari-hari. Banyak orang yang cerita bobrok lalu didukung oleh orang-orang yang salah. Hingga terjebak dalam jebakan yang kita sendiri ada di dalamnya. Terjerembab dalam jebakan yang serba negatif. Omongannya, perilakunya, bahkan pikiran dan hatinya pun bermasalah.

 

Sederhana saja. Apapun kondisinya, berusahalah untuk tidak mudah percaya pada omongan orang lain. Apalagi yang jelas-jelas tidak bisa dipertanggungjawabkan kredibilitasnya. Rekam jejaknya meragukan, pendidikannya pun tidak memadai. Lalu kenapa begitu percaya? Semua itu jebakan yang membuat kita harus wawas diri. Karena jebakan adalah sebuah tipu daya atau muslihat untuk memperdaya orang lain.

 

Sekarang ini banyak orang yang “bungkusnya” beda dengan “isinya”. Bungkusnya seperti baik ternyata jahat. Tampilannya seperti berkelas padahal nggak punya kelas. Omongannya seperti meyakinkan ternyata cerita bohong belaka. Jebakan-jebakan yang bagus di mulut, di tampilan bahkan di bujuk rayu. Tapi isinya bobrok dan mengerikan.

 

Itulah pentingnya literasi. Agar tidak terjebak bobrok dalam pergaulan. Tidak terbuai gaya hidup yang menyesatkan. Literasi untuk menyeimbangkan harapan dan kenyataan. Dan mau membaca jebakan-jebakan yang ada. Seperti yang dilakukan pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor.

 


Memang benar, penampilan itu bisa menipu. Maka jangan terjebak pada penampilan. Apalagi omongan dan fitnahan orang lain. Hindarilah kaum penjebak yang tidak menjadikan hidup kita lebih baik. Cukup fokus pada niat dan ikhtiar yang baik. Tanpa perlu peduli kepada orang lain, apalagi yang menjebak. Karena para penjebak itu sejatinya sedang sengsara.

 

Lala gimana cara terhindar dari jebakan?

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam Matan Qawa’idul Arba’ menyebut pentingnya 3 (tiga) hal agar terhindar dari jebakan, yaitu: 1) bila diberi kenikmatan maka bersyukur, 2) bila ditimpa musibah maka bersabar, dan 3) bila melakukan dosa maka beristigfar”. Jebakan hidup itu terjadi pada siapa pun yang lemah dalam prinsip hidup, Maka siapapun, perlu dibiasakan melakukan hal-hal yang positif dan menentukan prioritas dalam hidup. Mampu membedakan mana yang kesenangan mana kebutuhan. Tinggalkan kegiatan yang tidak bermanfaat, apalagi pergaulan yang tidak menyehatkan. Dan yang paling, segera mengubah mindset konsumtif jadi produktif, Lebih baik berkarya daripada berdiam diri apalagi jadi followers.

 

Jadi, tetaplah waspada, agar tidak terjebak. Jangan terjebak gaya hiduo atau pergaulan yang tidak manfaat. Karena jebakan jelas-jelas ada di sekitar kita. Jangan menjebak bila tidak ingin terjebak. Salam literasi!

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar