Jebakan
itu perangkap yang bisa bikin terlena pemiliknya. Gampangnya pinjam uang di
pinjol. Sok pandai bergaul padahal bikin merana. Bahkan pikiran bobrok tanpa
akhlak pun jadi jebakan. Sudah banyak contoh, orang-orang yang merana akibat
terperangkap jebakan. Seperti koruptor pun dipenjara akibat jebakan gaya hidup
atau nafsu atas uang. Berjiwa konsumtif dan salah bergaul, sehingga menjadikan kesenangan sesaat dianggap tujuan hidup.
Hati-hati terhadap jebakan. Karena di sekitar kita kian banyak “perangkap” yang
siap memakan “mangsanya”. Entah di media sosial, di aplikasi digital hingga
dalam pergaulan sehari-hari. Banyak orang yang cerita bobrok lalu didukung oleh
orang-orang yang salah. Hingga terjebak dalam jebakan yang kita sendiri ada di
dalamnya. Terjerembab dalam jebakan yang serba negatif. Omongannya, perilakunya,
bahkan pikiran dan hatinya pun bermasalah.
Sederhana saja. Apapun kondisinya, berusahalah untuk tidak mudah percaya pada
omongan orang lain. Apalagi yang jelas-jelas tidak bisa dipertanggungjawabkan
kredibilitasnya. Rekam jejaknya meragukan, pendidikannya pun tidak memadai.
Lalu kenapa begitu percaya? Semua itu jebakan yang membuat kita harus wawas
diri. Karena jebakan adalah sebuah tipu daya atau muslihat untuk memperdaya
orang lain.
Sekarang ini banyak orang yang “bungkusnya” beda dengan “isinya”. Bungkusnya
seperti baik ternyata jahat. Tampilannya seperti berkelas padahal nggak punya
kelas. Omongannya seperti meyakinkan ternyata cerita bohong belaka.
Jebakan-jebakan yang bagus di mulut, di tampilan bahkan di bujuk rayu. Tapi
isinya bobrok dan mengerikan.
Itulah pentingnya literasi. Agar tidak terjebak bobrok
dalam pergaulan. Tidak terbuai gaya hidup yang menyesatkan. Literasi untuk
menyeimbangkan harapan dan kenyataan. Dan mau membaca jebakan-jebakan yang ada.
Seperti yang dilakukan pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera
Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor.
Memang benar, penampilan itu bisa menipu. Maka jangan terjebak pada penampilan.
Apalagi omongan dan fitnahan orang lain. Hindarilah kaum penjebak yang tidak
menjadikan hidup kita lebih baik. Cukup fokus pada niat dan ikhtiar yang baik.
Tanpa perlu peduli kepada orang lain, apalagi yang menjebak. Karena para
penjebak itu sejatinya sedang sengsara.
Lala gimana cara terhindar dari jebakan?
Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab dalam Matan Qawa’idul Arba’ menyebut pentingnya 3 (tiga)
hal agar terhindar dari jebakan, yaitu: 1) bila diberi kenikmatan maka
bersyukur, 2) bila ditimpa musibah maka bersabar, dan 3) bila melakukan dosa maka
beristigfar”. Jebakan hidup itu terjadi pada siapa pun yang lemah dalam prinsip
hidup, Maka siapapun, perlu dibiasakan melakukan hal-hal yang positif dan
menentukan prioritas dalam hidup. Mampu membedakan mana yang kesenangan mana kebutuhan.
Tinggalkan kegiatan yang tidak bermanfaat, apalagi pergaulan yang tidak
menyehatkan. Dan yang paling, segera mengubah mindset konsumtif
jadi produktif, Lebih baik berkarya daripada berdiam diri apalagi jadi followers.
Jadi,
tetaplah waspada, agar tidak terjebak. Jangan terjebak gaya hiduo atau pergaulan
yang tidak manfaat. Karena jebakan jelas-jelas ada di sekitar kita. Jangan
menjebak bila tidak ingin terjebak. Salam literasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar