Kapan terakhir Anda berbuat baik kepada orang lain?
Kebaikan nyata ya,
bukan kebaikan di media sosial. Walau hanya menyuguhkan secangkir kopi kepada
tamu. Atau memberi tempat duduk di bus kepada seorang ibu tua. Atau menemani anak-anak
yang membaca di taman bacaan. Jadi, kapan terakhir Anda berbuat baik? Satu jam
yang lalu, satu hari lalu atau seminggu lalu.
Faktanya, tidak
sedikit orang yang menunda perbuatan baik. Bahkan ragu-ragu untuk berbuat baik.
Sejak pagi punya rencana bersedekah. Tapi hingga hari berlalu pun tidak kunjung
terlaksana. Dari pagi ingin memperbanyak bacaan Al Quran, namun hari berganti
jumlah halaman tidak juga bertambah. Baik sebatas niat, gagal dijadikan aksi
nyata. Kebaikan yang tertunda, adan akhirnya tidak jadi baik.
Survei menyebutkan, tindakan
baik paling umum adalah "membantu orang ketika diminta". Itu berarti,
jarang terjadi orang yang menawarkan menawarkan
ke orang lain. Alasannya, takut kebaikannya disalah-artikan. Atau jadi sebab
orang lain tersinggung. Khawatir ditolak, malu, belum sempat, dan alasan-alasan
lainnya. Maka kebaikan pun lagi-lagi sebatas niat. Baik yang kian “jauh
panggang dari api”. Baik hanya sebatas kata-kata di media sosial, kok bisa?
Di banyak tempat, bertindak
baik itu bukan karena tidak bisa. Banyak orang gagal menjadi baik bukan karena
tidak mampu. Tapi karena terlalu mudah menunda kebaikan. Tidak punya komitmen
untuk meng-eksekusi tindakan baik sehari-hari. Sibuk kerja sepanjang waktu, sibuk
mengumpulkan harta berlimpah, Hingga sibuk ngobrol di grup WA dan menyebar
link-link berita untuk “kandidat yang disukainya” sambil mencaci-maki pemimpin
yang dibencinya. Baik yang dipilih-pilih. Baik tidak lagi hadir dari hati nurani.
Kebaikan yang disaring berdasar logika subjektif.
Katanya,
manusia makhluk sosial. Harus punya simpati dan
empati. Agar tergerak untuk membantu sesama, baik dengan waktu, tenaga, maupun
materi. Tanpa pilih-pilih, tanpa pamrih. Pantas, kebaikan jadi kian tertunda.
Tanpa kesungguhan, tanpa ketulusan. Jadi orang baik hanya
tampak luar atau di media sosial. Baik demi nama besar dan pujian, Tidak lagi
baik yang bersumber dari hati nurani.
Karena itu, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di
kaki Gunung Salak Bogor selalu mengkampanyekan “ubah niat baik jadi aksi nyata”.
Untuk tidak menunda perbuatan baik sekecil apapun. Sekalipun hanya membimbing
anak-anak yang membaca buku di taman bacaan. Memberi jajanan kampung gratis
untuk anak-anak. Bahkan terakhir kemarin, saat diminta mengajarkan kaum ibu-ibu
yang tidak bisa membaca huruf-huruf Al Quran pun di-eksekusi. Membuka kelas berantas
buta aksara Al Quran. Tiap malam Minggu ada kelas melek huruf Al Quran di TBM
Lentera Pustaka, Insya Allah, bermanfaat dan berkah.
Berbuat baik atau bersedekah, jangan tunda lagi, Selalu ada
banyak ladang amal untuk berbuat baik di mana pun. Baik itu bukan tidak mampu tapi
mungkin tidak mau. Akibat terlalu sibuk, terlalu banyak alasan. Jangan pernah
menunggu berbuat baik. Karena tidak akan pernah ada waktu yang tepat bila tidak
dilakukan. Baik, mulailah dari sekarang, dari yang kecil dan dari diri sendiri
saja. Bila sesuatu itu baik, jangan ditunda. Karena
yang ditunda seringkali tak jadi. Akhirnya, tidak jadi baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar