Senin, 12 September 2022

Menyoal Akses Bacaan Anak, Bukan Mempersoalkan Minat Baca

Suka tidak suka, di tengah gempuran era digital seperti sekarang, anak-anak Indonesia sangat butuh akses bacaan yang berkualitas. Untuk mengimbangi aktivitas virtual dan dunia maya yang kian sulit dibendung lagi. Maka gerakan literasi, seharusnya dimulai dari ketersediaan akses bacaan bukan mempersoalkan minat baca. Karena tanpa adanya akses bacaan maka dapat dipastikan tidak akan pernah ada minat baca.

 

Menurut studi Programme for International Students Assessment (PISA) tahun 2018, disebutkan 70% siswa di Indonesia memiliki kemampuan baca rendah (di bawah Level 2 dalam skala PISA). Artinya, mereka bahkan tidak mampu sekadar menemukan gagasan utama maupun informasi penting di dalam suatu teks pendek. Indikator inilah yang akhirnya menyimpulkan tingkat literasi masyarakat Indonesia dianggap rendah. Karena itu, tersedianya akses bacaan ke anak-anak Indonesia bukan hanya penting. Tapi sudah dalam kondisi darurat. Darurat akses bacaan untuk anak-anak Indonesia.

 

Hal ini ditegaskan Syarifudin Yunus, Pegiat Literasi Taman Bacaan Lentera Pustaka Kab. Bogor saat mengunjungi aktivitas “mobil pustaka keliling” Dinas Perpustakaan Kab. Bogor di acara Saba Desa Kab. Bogor yang digelar di Kec. Tamansari (13/9/2022) yang dihadiri Iwan Setiawan, Plt. Bupati Bogor. Melalui mobil pustaka keliling ini, anak-anak usia sekolah dasar pun antusias membaca buku dibimbing Yani dari Perpusda Kab. Bogor. Maka, akses bacaan seharusnya menjadi prioritas dalam menegakkan kegemaran membaca anak dan membangun budaya literasi masyarakat Indonesia yang kokoh.

 


Harus diakui, kebijakan tentang pentingnya membaca buku dan gerakan literasi bisa jadi sudah memadai. Hanya soalnya adalah di implementasi khususnya yang terkait dengan penyediaan akses bacaan melalui perpustakaan atau taman bacaan masyarakat. Belum lagi persoalan bahan bacaan yang berkualitas, buku-buku yang mampu membangkitkan kreativitas dan potensi setiap anak.

 

Tradisi baca dan budaya literasi terletak pada akses bukan pada minat. Maka siapa pun dan para pemangku kepentingan harus memperbesar ruang akses bacaan kepada anak-anak Indonesia. Di samping tetap melakukan edukasi dan sosialisasi akan pentingnya membaca buku di era digital. Agar suatu saat nanti, bangsa Indonesia bisa terhindar dari krisis literasi dan langkanya aktivitas membaca buku. Karena masyarakat yang literat, tentu hanya dapat diwujudkan melalui ketersediaan akses bacaan dan perilaku membaca yang kian masif di anak-anak Indonesia.

 

Jika anak-anak Indonesia punya akses yang memadai ke buku bacaan maka akan menjadi langkah besar menuju peradaban masyarakat dan pemberdayaan sumber daya manusia yang lebih produktif. Karena akses bacaan yang akan mengajak akal sehat pembacanya untuk mempersiapkan hari esok yang penuh misteri. Salam literasi Salam literasi #MobilBacaKeliling #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar