Rabu, 21 September 2022

Kritik Taman Bacaan untuk Orang Pintar, Kenapa Gemar Banyak Omong?

Ada saaatnya kita harus bertindak. Ada saatnya kita harus diam dan menunggu. Tanpa perlu banyak omong …

 

Kalimat di atas, hanya sindiran untuk orang-orang yang merasa pintar. Mereka yang jarang mau bila ucapannya lebih baik dari tindakannya. Banyak omong tapi aksi kosong. Segala hal dikomentarin. Tanpa pernah bisa memberi solusi. Katanya membaca buku itu penting. Tapi tidak pernah dilakoninya. Orang pintar kadang hanya bisa banyak omong.

 

Orang pintar ada di mana-mana. Di televisi, di media sosial bahkan di grup-grup WA. Saat bicara seperti manusia paling benar sedunia. Tapi giliran aksi nyata, harus dilihat apa untung ruginya, Bila tidak ada untungnya ya, orang pintar sama sekali tidak mau melakoninya. Logika dianggap segalanya. Sementara hati tergantung situasinya.

 

Pandai mencari kesalahan orang lain, pandai berdebat. Itulah ciri orang pintar. Apapun soalnya, asal ditambah “bumbu” argumen ilmiah sedikit. Orang pintar bertekad memaksa pikiran dan kehendaknya. Untuk memengaruhi orang lain. Orang di sekelilingnya dianggap nggak pintar, Hanya orang pintar yang merasa paling benar, lebih benar, dan merasa benar.

 

Orang pintar sering lupa. Bahwa apa yang diomongkan dan digunjingkannya adalah cara dia mengejar mimpi-mimpinya yang tidak tercapai. Saat benci pemimpin, maka dicari-carilah kesalahan orang yang dibencinya, Saati tidak suka orang lain, maka dikupas tuntas apapun tentang orang yang tidak disukainya. Orang pintar sama sekali tidak suka melihat orang yang dibencinya berhasil. Kata pikirannya, siapa pun boleh berhasil asal jangan orang yang dibencinya. Mentalitas orang pintar itu sering “merasa jadi korban”.

 


Hebatnya orang pintar. Bila sudah membahas orang yang dibencinya, dia seperti tahu segalanya. Sampai orang yang digunjingkannya pun tidak tahu tentang dirinya sendiri. Orang pintar lebih tahu segalanya, sementara orang lain justru tidak tahu sama sekali. Orang pintar sering tidak literat. Karena banyak omong bukan banyak aksi.

 

Tahu sedikit, omong banyak. Sering terjadi pada orang-orang yang merasa pintar. Sekalipun pikirannya salah, tetap ngotot merasa benar. Suka ngeyel. Karena logika dianggap tuhannya. Agamanya otak. Orang pintar sering lupa. Bahwa logika yang salah itu terlalu mudah berubah jadi keyakinan. Yakin atas logika yang salah. Maka wajar, orang pintar sering banyak omong sedikit aksi.

 

Orang-orang yang merasa pintar sering lupa. Ciri orang pintar beneran itu cenderung diam, tidak suka menggurui, baru menjawab bila ditanya, tidak pernah ngotot membuktikan kecerdasannya, ingin terus belajar, selalu introspeksi, dan lebih senang bertindak daripada banyak omong. Tapi sebaliknya, bila ada orang yang suka pamer keunggulan, gemar menggurui, doyan bicara tanpa ditanya, ngotot merasa pintar, merasa benar, merasa paling pintar, sering mencari kesalahan orang lain, dan lebih suka ngomong daripada bertindak itu justru ciri orang sok tahu, bukan pintar beneran.

 

Atas dasar itu, pegiat literasi di taman bacaan selalu menjadikan “orang yang merasa pintar” adalahnya musuhnya. Orang-orang yang hanya banyak omong sedikit bertindak. Jadi, kerjakan saja apa ynag harus dikerjakan. Tanpa perlu banyak omong. Ubah niat baik jadi aksi nyata, Agar esok, jadi lebih literat, lebih realistis seperti yang terjadi di taman bacaan, Demi tegaknya tradidi baca dan budaya literasi masyarakat. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar