Di tengah hingar-bingar kehidupan, tidak banyak orang yang memutuskan taman bacaan sebagai pilihan. Menjadikan aktivitas literasi sebagai jalan hidup. Karena taman bacaan dan aktivitas literasi tergolong “jalan sunyi” yang tidak dilirik orang. Apalagi sifatnya sosial, terlalu membuang-buang waktu mengurusi taman bacaan. Tapi lain halnya dengan pegiat literasi, di mana pun, masih ada kok yang memilih taman bacaan sebagai jalan hidup.
Hari gini, daripada mengelola taman bacaan lebih baik mengurus
gaya hidup. Kulineran, nongkrong di kafe-kafe, kumpul-kumpul dengan teman, atau
lampiaskan hobby di dalam rumah. Lalu update ke media sosial. Biar lebih kesohor
dan dibilang keren di mata netizen, tentu lebih disenangi. Sementara membimbing
ratusan anak membaca buku, mengajar kaum buta aksara, menata buku-buku di rak, pasti
lebih dihindari. Karena menyusahkan dan terlalu menyita waktu. Jadi individualis
atau sosialis adalah pilihan.
Taman bacaan adalah pilihan. Literasi adalah jalan
hidup. Sungguh, tidak mudah menentukan pilihan di taman bacaan. Harus punya
banyak pertimbangan sebelum memutuskan mengelola taman bacaan. Karena saat menjadikan
taman bacaan sebagai pikihan maka punya risiko yang harus dihadapi ke depan.
Mulai dari berjuang mencari buku, memikirkan biaya operasional, menggalang
anak-anak pembaca, memutar otak mengajak relawan, bahkan bertempur dengan
oran-orang yang apatis dan cuek. Lebih dari itu, harus tahan banting dari
fitnah, gibah, gosip dari orang-orang yang membenci atau iri. Taman bacaan
pasti akan dirongrong terus hingga “mati suri.”
Maka
wajar, 70% taman bacaan terkesan mati suri. Taman bacaan seakan ada tapi tiada.
Hal itu terjadi karena mentalitas pilihan hidup di taman bacaan tidak sepenuh
hati. Tidak tahan banting atas tantangan dan hambatan yang terjadi di taman
bacaannya sendiri. Sehingga anak-anak tidak banyak dan buku-buku bacaan pun
terbatas. Ketika taman bacaan mati suri, di situlah taman bacaan bukan lagi
pilihan. Terlalu mudah ambruk akibat apatisme masyarakat, ketidak-pedulian
lingkungan. Taman bacaan gagal jadi pilihan.
Taman
bacaan sebagai pilihan sama sekali sulit dilakukan tanpa komitmen. Niatnya
harus lurus. Harus ada sikap sepenuh hati untuk menjalankannya. Taman bacaan memang
sulit bila tidak punya “passion” di literasi. Apalagi bila niatnya hanya untuk
gagah-gagahan atau kamuflase. Sulit sekali taman bacaan berkembang bila salah
niat. Karena salah niat jadi sebab salah urus hingga salah jalan. Di taman
bacaan tidak ada teori yang paling benar. Taman bacaan bisa eksis dan bertahan
hidup setelah menemukan jalannya sendiri. Dan jalan hidup taman bacaan sangat
tergantung kepada pengelolanya, kepada pegiat literasinya. Bukan karena ingin
dipuji, buka karena ingin dikenang. Tapi ikhlas untuk menggapai ridho Allah
SWT.
Taman
bacaan sebagai pilihan itulah yang dipraktikkan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera
Pustaka di kaki Gunung Salak. Dari awalnya saat didirikan tahun 2017 hanya ada
14 anak yang bergabung dengan 600 koleksi buku. Tapi kini di tahun 2022, TBM Lentera Pustaka telah mengelola 12 program literasi
yang terdiri dari: 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 140 anak pembaca aktif dari 3
desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya) dengan waktu baca 3 kali seminggu, kini
setiap anak mampu membaca 5-8 buku per minggu, 2) GEBERBURA (GErakan BERantas
BUta aksaRA) yang diikuti 9 warga belajar buta huruf agar terbebas dari
belenggu buta aksara, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak usia
prasekolah, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4
diantaranya dibeasiswai, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo usia lanjut, 6)
TBM Ramah Difabel dengan 3 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 28 ibu-ibu
anggota koperasi simpan pinjam agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang
berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng), 10) LITDIG
(LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 11) LITFIN (LITerasi
FINansial), dan 12) LIDAB (LIterasi ADAb) untuk mengajarkan adab ke anak-anak
seperti memberi salam, mencium tangan, berkata-kata santun, dan budaya antre.
Tidak kurang dari 250 orang menjadi penerima layanan literasi TBM Lentera
Pustaka setiap minggunya. Sederet prestasi pun ditorehkan TBM Lentera Pustaka
pada tahun 2021 lalu, seperti: 1) Terpilih
“Jagoan 2021” dari RTV (tayang 29 Des 2021), 2) Sosok Inspiratif Spiritual
Journey dari PLN (Okt 2021), 3) Terpilih “31 Wonderful People 2021” dari Guardian
Indonesia (24 Sept 2021), 4) Terpilih “Ramadhan Heroes” dari Tonight Show NET
TV (6 Mei 2021), dan 5) Terpilih program “Kampung Literasi 2021” dari Dit. PMPK
Kemdikbud RI (14 Nov 2021).
Mungkin
sebagian orang menganggap mengelola taman bacaan dianggap receh dan tidak
berguna. Tapi berbeda dengan pegiat literasi yang menjadikan taman bacaan sebagai
pilihan. Karena di taman bacaan, siapapun tidak lagi sibuk dengan urusan dunia.
Tidak lagi memikirkan dirinya sendiri tapi lebih memikirkan kebaikan umat. Karena
faktanya pula, hari ini banyak orang sekolah tinggi-tinggi dan cinta ilmu tapi tidak mengamalkannya. Sehingga jadi sebab terhalangnya seseorang dari hidayah
Allah SWT, terhalang dari kebaikan dan keberkahan.
Sejatinya, siapapun dihadapkan pada pilihan. Termasuk pilihan
jadi pegiat literasi dan aktif di taman bacaan. Tentu harus disesuaikan dengan
kemampuan dirinya. Tidak asal ber-literasi tanpa konsep dan komitmen. Karena
setiap pilihan akan memengaruhijalan hidup si pegiat literasi ke depan. Baik
dari sisi berkahnya atau risikonya. Sesuai dengan kata hati si pegiat literasi.
Apapun kondisinya, selalu ada pilihan-pilihan dalam hidup. Apapun bentuknya apapun aktivitasnya. Dan setiap pilihan itu
tergatung niatnya. Bukan kaya atau miskinnya, bukan menang atau kalahnya. Karena
sejatinya, hidup siapapun harus memiliki tiga hal penting, yaitu 1) prinsip, 2)
perubahan, dan 3) pilihan.
Taman bacaan sebagai pilihan hidup. Tentu pasti ada alasannya. Dan
biarkanlah setiap pegiat literasi yang menjalani dan mempertanggungjawabkannya
sendiri. Tidak ada yang perlu dipertentangkan saat taman bacaan dijadikan pilihan.
Karena pilihan itu bukan nasib tapi kesadaran. Agar keidupan di masa depan
menajdi lebih baik dan lebih baik lagi. Asal pilihan yang dijalani bukan atas keterpaksaan.
Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar