Suatu kali ada yang tanya, “Kok, taman bacaan ada yang benci ya?”
Itu
fakta yag terjadi. Selalu ada saja orang-orang yang benci atau tidak suka pada
taman bacaan. Sekalipun perbuatan baik, taman bacaan memang tidak selalu disenangi
orang. Ada saja orang yang tidak suka aktivitas di taman bacaan. Benci atau iri
lalu berdoa agar taman bacaannya “mati”. Sebuat saja, “musuh terselubung” di
taman bacaan. Kerjanya fitnah, gibah, dan bergosip soal taman bacaan. Entah,
apa alasannya?
Maka
siapapun, pegiat literasi yang berkiprah di taman bacaan. Ada baiknya tidak
perlu menggubris orang-orang yang membenci taman bacaan. Karena taman bacaan tidak akan pernah bisa
menyenangkan semua orang. Sama sekali tidak perlu, taman bacaan memikirkan apa
yang orang lain katakana tentang taman bacaan. Toh, pikiran dan omongan mereka tidak bermakna apapun. Taman bacaan pun
tidak pernah meminta bantuan kepada kaum pembenci taman bacaan. Biarkanlah,
asal taman bacaan tetap berkiprah di jalan kebaikan.
Jadi penting, taman bacaan di mana pun. Untuk lebih fokus
pada program dan aktivitas meningkatkan giat membaca di masyarakat. Karena
taman bacaan hadir, sejatinya untuk memperbaiki keadaan. Bukan untuk menyenangkan
semua orang. Tidak usah menggubris orang-orang yang hati dan pikirannya belum
baik. Literasi itu memang harus diperjuangkan, dengan segala tantangan dan hambatannya.
Stop, taman bacaan tidak untuk menyenangkan semua
orang. Sebagai makhluk sosial, pegiat literasi di taman bacaan punya tanggung
jawab sosial. Untuk menebar kebaikan dan membangun manfaat melalui aktivitas
taman bacaan untuk lingkungannya. Jangan peduli pada orang-orang yang membenci.
Jangankan taman bacaan, orang kaya atau orang sukses saja ada ujiannya. Selalu
saja ada orang tidak suka padanya. Memang begitulah kehidupan di dunia.
Apa hikmahnya bahwa taman bacaan tidak untuk membuat
semua orang senang?
Berjuang di taman bacaan sangat butuh mentalitas yang
kuat. Tahan ujian dan tahu cara menangani hambatan. Baik dari orang per orang
maupun lingkungan yang apatis. Menjadikan masyarakat literat memang tidak
gampang. Maka taman bacaan harus fokus terhadap aktivitas literasi. Mengejar
bukan menunggu tujuannya. Ikhtiar terus bukan berdiam diri dalam menegakkan
tradisi membaca anak-anak dan masyarakat.
Maka untuk memperkuat mentalitas
pegiat literasi di taman bacaan, ada 5 realitas yang harus dipahami sebagai
spirit perjuangan literasi di mana pun, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Keputusan berkiprah di taman bacaan
pasti ada konsekuensinya. Ada yang benci dan iri tapi ada juga yang senang dan
memanfaatkannya. Apapun risiko yang terjadi di taman bacaan, Terima saja dengan
lapang hati dan biarkan waktu yang akan membuktikannya.
2. Sifat dan perilaku orang per orang
itu berbeda. Ada yang baik ada yang jahat. Ada yang membantu ada yang cuek.
Semua realitas itu menjadi pengalaman berharga untuk taman bacaan. Jalani saja
aktivitas taman bacaan sebaik-baiknya.
3. Sebaik-baik orang itu yang paling
bermanfaat untuk orang lain. Nah, taman bacaan itu sediakan akses bacaan
anak-anak. Tetaplah berbuat baik dan menebar manfaat di taman bacaan. Bahwa ada
orang yang benci dan tidak suka tentu bukan urusan taman bacaan. Itu urusan si
orang yang membenci, karena ada masalah pada dirinya.
4. Selalu ada respon negatif pada tiap
kebaikan yang ditebarkan. Bila terjadi di taman bacaan, biarkanlah dan tidak
usah digubris. Karena hambatan memang selalu ada di mana saja. Tidak usah dibalas
orang-orang yang benci, tetaplah berbuat baik di taman bacaan.
5.
Jangan buang-buang waktu untuk memikirkan apa yang orang lain katakana tentang
taman bacaan. Toh mereka tidak membantu apapun lalu kenapa harus dipedulikan.
Teruslah bergerak dan berkreasi untuk mengembangkan taman bacaan.
Jadi, tidak usah membuat
semua orang senang pada taman bacaan. Lagi pula, tugas pegiat literasi adalah
menghidupkan taman bacaan. Dan tugas orang lain adalah membenci dan
mengganggunya. Itulah titik hitam yang masih terjadi di gerakan literasi di
Indonesia. Apalagi bila taman bacaan kian maju, pasti dan selalu saja ada yang
tidak suka. Kan tidak ada orang yang sempurna? Maka taman bacaan tugasnya hanya
terus berkiprah.
Taman bacaan
di mana pun, lebih baik fokuskan energi untuk hal-hal yang produktif. Fokus
pada aktivitas literasi yang bermanfaat untuk memperbaiki keadaan masyarakat. Sangat
tidak mungkin, taman bacaan bisa menyenagkan semua orang. Apalagi untuk mereka
yang tidak peduli pada taman bacaan.
Maka, stop. Taman bacaan ada bukan untuk menyenangkan semua orang. Tapi untuk
menegakkan tradisi baca masyarakat di tengah gempuran era digital. Berpikirlah untuk
memajukan taman bacaan itu sendiri. Tanpa perlu menggubris orang-orang yang
tidak suka pada taman bacaan. Taman bacaanmu adalah tanggung jawabmu
sendiri. Maka kerjakanlah sebaik-baiknya, bukan sejahat-jahatnya.
Karena baik itu dikerjakan, bukan diharapkan. Manfaat
pun harus dikejar, bukan ditunggu. Namun
bila sudah berbuat baik di taman bacaan masih ada yang membenci? Maka katakan pada
mereka, emang elo siapa? Itu sudah cukup. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi
#TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar