Senin, 03 Januari 2022

Inilah 5 Alasan, Kenapa Taman Bacaan dan Pegiat Literasi DIbenci?

Suatu kali ada yang tanya, “Kok, taman bacaan ada yang benci ya?”

Itu fakta yag terjadi. Selalu ada saja orang-orang yang benci atau tidak suka pada taman bacaan. Sekalipun perbuatan baik, taman bacaan memang tidak selalu disenangi orang. Ada saja orang yang tidak suka aktivitas di taman bacaan. Benci atau iri lalu berdoa agar taman bacaannya “mati”. Sebuat saja, “musuh terselubung” di taman bacaan. Kerjanya fitnah, gibah, dan bergosip soal taman bacaan. Entah, apa alasannya?

 

Maka siapapun, pegiat literasi yang berkiprah di taman bacaan. Ada baiknya tidak perlu menggubris orang-orang yang membenci taman bacaan.  Karena taman bacaan tidak akan pernah bisa menyenangkan semua orang. Sama sekali tidak perlu, taman bacaan memikirkan apa yang orang lain katakana tentang taman bacaan.  Toh, pikiran dan omongan mereka tidak bermakna apapun. Taman bacaan pun tidak pernah meminta bantuan kepada kaum pembenci taman bacaan. Biarkanlah, asal taman bacaan tetap berkiprah di jalan kebaikan.

 

Jadi penting, taman bacaan di mana pun. Untuk lebih fokus pada program dan aktivitas meningkatkan giat membaca di masyarakat. Karena taman bacaan hadir, sejatinya untuk memperbaiki keadaan. Bukan untuk menyenangkan semua orang. Tidak usah menggubris orang-orang yang hati dan pikirannya belum baik. Literasi itu memang harus diperjuangkan, dengan segala tantangan dan hambatannya.

 

Stop, taman bacaan tidak untuk menyenangkan semua orang. Sebagai makhluk sosial, pegiat literasi di taman bacaan punya tanggung jawab sosial. Untuk menebar kebaikan dan membangun manfaat melalui aktivitas taman bacaan untuk lingkungannya. Jangan peduli pada orang-orang yang membenci. Jangankan taman bacaan, orang kaya atau orang sukses saja ada ujiannya. Selalu saja ada orang tidak suka padanya. Memang begitulah kehidupan di dunia.

 


Apa hikmahnya bahwa taman bacaan tidak untuk membuat semua orang senang?

Berjuang di taman bacaan sangat butuh mentalitas yang kuat. Tahan ujian dan tahu cara menangani hambatan. Baik dari orang per orang maupun lingkungan yang apatis. Menjadikan masyarakat literat memang tidak gampang. Maka taman bacaan harus fokus terhadap aktivitas literasi. Mengejar bukan menunggu tujuannya. Ikhtiar terus bukan berdiam diri dalam menegakkan tradisi membaca anak-anak dan masyarakat.

 

Maka untuk memperkuat mentalitas pegiat literasi di taman bacaan, ada 5 realitas yang harus dipahami sebagai spirit perjuangan literasi di mana pun, diantaranya adalah sebagai berikut:

1.      Keputusan berkiprah di taman bacaan pasti ada konsekuensinya. Ada yang benci dan iri tapi ada juga yang senang dan memanfaatkannya. Apapun risiko yang terjadi di taman bacaan, Terima saja dengan lapang hati dan biarkan waktu yang akan membuktikannya.

2.      Sifat dan perilaku orang per orang itu berbeda. Ada yang baik ada yang jahat. Ada yang membantu ada yang cuek. Semua realitas itu menjadi pengalaman berharga untuk taman bacaan. Jalani saja aktivitas taman bacaan sebaik-baiknya.

3.      Sebaik-baik orang itu yang paling bermanfaat untuk orang lain. Nah, taman bacaan itu sediakan akses bacaan anak-anak. Tetaplah berbuat baik dan menebar manfaat di taman bacaan. Bahwa ada orang yang benci dan tidak suka tentu bukan urusan taman bacaan. Itu urusan si orang yang membenci, karena ada masalah pada dirinya.

4.      Selalu ada respon negatif pada tiap kebaikan yang ditebarkan. Bila terjadi di taman bacaan, biarkanlah dan tidak usah digubris. Karena hambatan memang selalu ada di mana saja. Tidak usah dibalas orang-orang yang benci, tetaplah berbuat baik di taman bacaan.

5.      Jangan buang-buang waktu untuk memikirkan apa yang orang lain katakana tentang taman bacaan. Toh mereka tidak membantu apapun lalu kenapa harus dipedulikan. Teruslah bergerak dan berkreasi untuk mengembangkan taman bacaan.

Jadi, tidak usah membuat semua orang senang pada taman bacaan. Lagi pula, tugas pegiat literasi adalah menghidupkan taman bacaan. Dan tugas orang lain adalah membenci dan mengganggunya. Itulah titik hitam yang masih terjadi di gerakan literasi di Indonesia. Apalagi bila taman bacaan kian maju, pasti dan selalu saja ada yang tidak suka. Kan tidak ada orang yang sempurna? Maka taman bacaan tugasnya hanya terus berkiprah.

 

Taman bacaan di mana pun, lebih baik fokuskan energi untuk hal-hal yang produktif. Fokus pada aktivitas literasi yang bermanfaat untuk memperbaiki keadaan masyarakat. Sangat tidak mungkin, taman bacaan bisa menyenagkan semua orang. Apalagi untuk mereka yang tidak peduli pada taman bacaan.

 

Maka, stop. Taman bacaan ada bukan untuk menyenangkan semua orang. Tapi untuk menegakkan tradisi baca masyarakat di tengah gempuran era digital. Berpikirlah untuk memajukan taman bacaan itu sendiri. Tanpa perlu menggubris orang-orang yang tidak suka pada taman bacaan. Taman bacaanmu adalah tanggung jawabmu sendiri. Maka kerjakanlah sebaik-baiknya, bukan sejahat-jahatnya.

 

Karena baik itu dikerjakan, bukan diharapkan. Manfaat pun harus dikejar, bukan ditunggu.  Namun bila sudah berbuat baik di taman bacaan masih ada yang membenci? Maka katakan pada mereka, emang elo siapa? Itu sudah cukup. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar