Warung Bu Ida memang hanya warung kecil di sekitar TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Menjual lontong sayur, karedok, gado-gado, gorengan, dan kopi ala kampung. Tapi siapa sangka dengan modal usaha hanya Rp. 200.000 yang dipinjam dari Koperasi Lentera Pustaka (yang didirikan TBm Lentera Pustaka sejak April 2021 lalu), kini mampu merah omset rata-rata Rp. 250.000 per hari di weekend. Bila hari kerja, omsetnya sekitar Rp. 150.000 per hari. Sebuah usaha kecil rumahan yang tergolong oke.
Setelah
teruji 4 bulan berjalan sejak meminjam modal
dari Koperasi Lentera, Warung Bu Ida dapat dijadikan contoh praktik baik
literasi finansial yang dijalankan Taman Bacaan Masyarakat Lentera Pustaka
apalagi diperkuat melalui program Kampung Literasi Sukaluyu yang diinisiasi
oleh Direktorat PMPK Kemdikbudristek RI dan Forum TBM. Karena TBM Lentera
Pustaka merupakan 1 dari 30 TBM di Indonesia yang terpilih menyelenggarakan
program Kampung Literasi tahun 2021. Warung Bu Ida, boleh dibilang eksis dan
makin maju karena omset hariannya mampu membebaskan keluarganya dari belenggu
kemiskinan.
Sebagai
apresiasi atas usaha kecil, maka TBM Lentera Pustaka sebagai penggagas Koperasi
Lentera "menghadiahi" spanduk nama warung dan produk Warung Bu Ida
yang dipampang di depan warung (5/10/2021). Dihadiri Syarifudin Yunus, Pendiri
TBM Lentera Pustaka dan para relawan, pemasangan spanduk warung ditandai dengan
“pembacaan teks spanduk” oleh Bu Ida yang kebetulan murid warga belajar di
GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) TBM Lentera Pustaka yang selama ini
belajar baca-tulis sebagai pemberantasan buta huruf.
“Alhamdulillah,
TBM Lentera Pustaka bersyukur karena bisa membantu usaha kecil Ibu Ida melalui
modal yang dipinjam di Koperasi Lentera. Inilah praktik baik literasi finansial
dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Maka peresmian warungnya, kita minta
beliau mengeja kata-kata yang ada di spanduk. Karena Bu Ida juga murid GErakan BERantas
BUta aksaRA (GEBERBURA) yang dijalanakn di taman bacaan Lentera Pustaka” ujar
Syarifudin Yunus di Bogor.
Untuk diketahui,
Koperasi Lentera didirikan oleh TBM Lentera Pustaka sejak April 2021 sebagai
upaya untuk menghindari warga dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi
yang disebut bank keliling (bangke). Awalnya hanya beranggotakan 11 kaum ibu
warga sekitar taman bacaan. Tapi kini sudah memiliki 28 anggota. Melalui
mekanisme koperasi simpan pinjam (KSP), tiap menyetor iuran Rp 10.000 per
minggu dan dapat meminjam untuk kebutuhan mendesak atau usaha kecil. Selain
itu, Koperasi Lentera pun melakukan edukasi keuangan rumah
tangga. Tentang pengelolaan keuangan keluarga yang sederhana, seperti pentingnya menabung, belanja atas kebutuhan bukan keinginan, dan simpan dulu baru pinjam. Edukasi literasi
keuangan dilakukan saat rapat anggota sebulan sekali. Hingga 30 September 2021,
Koperasi Lentera telah mengumpulkan iuran sebesar Rp. 3,4 juta dengan uang yang
dipinjam Rp. 3,8 juta. Jumlah peminjam ada 9 dari 28
anggota atau setara 32%. Status cicilan pinjaman lancar.
Menariknya di Koperasi Lentera, pada saat pinjam, setiap anggota harus
memenuhi tata cara "akad pinjaman" dengan menjawab pertanyaan dari petugas tentang: 1)
berapa uang yang dipinjam?, 2) untuk apa meminjam?, dan 3) berapa kali cicil
pinjaman? Setelah itu, uang pinjaman diberikan dan dicatat di "kartu pinjaman" atas
nama anggota. Semua itu ditempuh sebagai bagian dari transparansi pengelolaan
koperasi simpan pinjam. Di samping mendidik tanggung jawab anggota atas
pinjamannya.
Setelah
berhasil menjadikan giat membaca sebagai tradisi suatu kampung, TBM Lentera
Pustaka melalui program Kampung Literasi Sukaluyu menggenjot program
pemberdayaan ekonomi warga sebagai bagian literasi finansial. Karena literasi
itu memang harus mampu memberdayakan, selain menggerakkan. Itulah
"the way of life" dari gerakan literasi dan taman bacaan di mana pun.
Salam literasi #KoperasiLentera #TamanBacaan
#pegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka #KampungLiterasiSukaluyu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar