Terima kasih ya Allah, sudah menciptakan kopi. Hingga secangkir kehangatan hari ini selalu bisa dinikmati, disyukuri sepenuh hati.
Begitu
cara seorang penikmat kopi bersyukur. Lagi PPKM darurat atau lagi “terpenjara”
di dalam rumah. Akibat pandemic Covid-19. Tidak mengapa dan tidak masalah.
Karena kaum penikmat kopi, hanya bisa bersikap rileks. Sambil bersukur atas
semua nikmat yang diberikan Gusti Allah SWT.
Di
mata kaum penikmat kopi. Semua yang terjadi itu sudah ada dalam genggaman-Nya. Sehingga
tidak boleh ada orang lain yang ikut menentukan cara kita dalam
bertindak. Ada yang pikirannya negatif,
silakan. Ada yang perilakunya buruh, boleh saja. Bahkan ada yang sikapnya tidak
baik, tidak masalah Mau optimis atau pesimis, itu pilihan masing-masing.
Seperti secangkir
kopi. Atas nama rasa, kopi tidak pernah berdusta. Manis dihirup, pahit pun
diteguk. Karena di secangkir kopi, manis dan pahit bertemu dalam kehangatan
tiada tara. Dan di secangkir kopi, manis tidak selalu senang. Pahit pun tidak
selalu sedih. Semua yang
ada, biasa saja. Tidak ada yang istimewa.
Kaum penikmat kopi, sadar betul. Tiap
orang punya kelebihan, tanpa perlu dibicarakan. Siapa
pun punya kekurangan,
tanpa perlu diperdebatkan. Sangat lazim. Tiap ada kelebihan pasti ada kekurangan. Plus dan
minus itu berjalan
beriringan. Begitulah, rasa secangkir kopi. Maka kaum penikmat
kopi sangat mengerti, sangat literat. Semua dikembalikan kepada yang meminum
kopi. Mau apa dia pikiran dan perilakunya?
Saat PPKM darurat dilarang pun. Banyak orang yang jutek, ngedumel. Bahkan stress
dan terpenjara oleh pikiranya sendiri. Mereka yang mengaku tahu cara meredam pandemi
Covid-19. Seolah dia yang paling benar soal Covid-19 harus diapakan? Egois dan terlalu
“mnuhankan” otaknya sendiri. Sementara hati Nurani tercecer di banyak ocehannya
sendiri. Mereka lupa, kopi itu lebih paham tentang cara menghangatkan penikmatnya.
Maka
tolong izinkan. Kaum penikmat kopi memberi wejangan.
Bahwa
siapa pun, hanya bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Tidak satu pun yang boleh mempengaruhinya. Sambil menyeruput
kopi pun, kebaikan akan selalu terkuak. Tidak ada yang mampu menutupi kebaikan
sehebat apapun. Karena baik itu pilihan. Tanpa perlu dipengaruhi atau
mempengaruhi.
Kaum penikmat kopi, selalu berpesan
untuk dirinya sendiri.
Jadilah pribadi yang tetap
sejuk di tempat yang panas. Jadilah orang yang tetap manis di
tempat yang sangat pahit sekaliun. Tetaplah merasa kecil meskipun
sudah besar. Tetap tenang di keadaan gaduh sekalipun. Lalu, kenapa
harus marah? Kenapa harus stress? Kenapa pula harus membenci orang lain?
Sungguh,
tidak
ada soal yang tidak bisa dipecahkan. Asal
punya ikhtiar dan doa baik. Jalani saja hari-hari dengan secangkir kopi. Syukurilah apa yang ada.
Karena semua ini, sudah pantas
untuk kita.
Seperti secangkir kopi. Tetap
dicintai tanpa menyembunyikan pahitnya rasa. Karena nasehat baik itu, tidak pernah datang
terlambat. Salam literasi. #KuamPenikmatKopi
#BudayaLiterasi #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar