Jumat, 19 Maret 2021

Literasi Hidup Bahagia, Seperti Apa?

Saat ditanya seseorang. Tentang apa artinya hidup bahagia?

Agak sulit menjawabnya. Tapi banyak orang mendambakan hidup bahagia. Karena bahagia didefinisikan seperti “emas”. Bersinar mewah, bergengsi dan mahal harganya. Bahkan tidak sedikit orang yang berperilaku seperti emas. Seakan berharga dan menyilaukan.

 

Banyak yang lupa. Emas memang mahal. Tapi sejatinya, untuk apa jadi “emas” bila tidak bermanfaat untuk orang lain. Bukankah emas hanya dipakai pemiliknya? Lalu, apa manfaatnya bagi yang melihatnya? Untuk apa sukses dalam karier, wajahnya cantik. Bila tidak bermanfaat untuk orang lain. Jadi jelas, bahasia itu bukan seperti emas.

 

Jadi bahagia itu seperti apa?

Bahagia itu cukup seperti tanah. Tanah yang tidak berkilau tapi tempat berpijak siapa pun.

Tanah, tempat tumbuhnya mawar yang indah. Tempat tumbuhnya pepohonan dan buah-buahan. Bahkan sejelek-jeleknya tanah. Mampu rumput dan tanaman luar sekalipun. Tanah memang sederhana. Tapi tugasnya mulia, hanya menumbuhkan dan menghidupkan apapun yang di atasnya.

 

Maka bahagia itu, bukan tentang apa yang kita punya. Seberapa hebat harta, jabatan atau pangkat kita. Tapi bahagia itu soal seberapa manfaat kita bagi orang lain. Seperti di taman bacaan, pasti tidak ada kemewahan seperti emas. Tapi taman bacaan ibarat tanah. Selalu bertekad menumbuhkan tradisi baca dan budaya literasi anak-anak. Agar mereka bisa hidup di masa depan berkat ilmu dan pengetahuan, dari buku-buku yang dibacanya.

 


Bahagia itu bukan kesuksesan, bukan kekayaan. Bukan pula kepintaran.

Untuk apa sukses, bila tidak bermanfaat bagi sesama. Untuk apa kaya, bila tidak mau berbagi kepada orang membutuhkan. Dan untuk apa pintar, bila tidak mau berbagi ilmu dan memberi inspirasi bagi lingkungan sekitarnya. Sejatinya, hidup bahagia itu tentang seberapa manfaat kita untuk orang lain?

 

Hidup bahagia itu gampang. Jadilah yang terbaik dan menebar manfaat. Karena harta terbaik itu yang disedekahkan. Ilmu terbaik itu yang diajarkan. Ibadah terbaik itu yang diikhlaskan. Dan manusia terbaik itu yang bermanfaat untuk manusia lainnya.

 

Maka raihlah bahagia. Untuk selalu belajar bukan karena ingin menjadikan diri baik, tapi juga bermanfaat. Sukses, kaya, dan pintar tapi tidak bermanfaat, untuk apa? Salam literasi #KampanyeLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka



Tidak ada komentar:

Posting Komentar