Jumat, 01 Januari 2021

Literasi Kehidupan: Kenapa Kamu Membenci Hujan?

"Aduh!! hujan lagi, hujan lagi. Gagal dah rencana gue. Banjir deh rumah gue, sialan!”. Hujan pun dicela, dihujat. Hujan yang turun dari langit saja dibenci. Lalu kita bertanya, kenapa membenci hujan?

 

Jangan membenci hujan, Jangan mencaci-maki hujan,

Karena hujan adalah rahmat Allah. Dia-lah yang mengatur waktu, cuaca dan seluruh alam semesta. Bila membenci hujan, mencela hingga memaki-nya. Itu sama artinya dengan mencela Allah yang telah mengaturnya.


Tentu, kamu boleh tidak suka hujan. Tapi jangan membencinya.

Karena faktanya, jutaan orang pun masih merindu hujan. Ada jutaan manusia yang tertolong karena turunnya hujan. Bersuka cita dan bergembira karena hujan menghampirinya. Hujan yang melahirkan air lalu diminum banyak anak manusia. Maka hujan pun selalu turun. Tanpa peduli omongan orang, tanpa peduli kebencian si manusia.

 

“Sialan hujan. Mana gak berhenti-henti lagi…” Begitu kata sebagian orang yang membenci hujan. Hujan adalah anugerah Allah yang luar biasa. Di awal tahun 2021 hujan, bisa jadi itu tanda melimpahnya kesehatan, kesuksesan, dan keberkahan. Melimpahnya rahmat dan karunia Allah SWT, amin. Lalu, kenapa masih membenci hujan?

 

Di mana pun, hujan tetap akan turun. Karena hujan tahu selalu ada orang yang mengingatkan kehadirannya. Entah, karena cinta atau benci. Atau karena bosan dengan musim kemarau berkepanjangan. Karena setelah hujan, siapapun bisa melihat pelangi indah sesudahnya. Keindahan anugerah sang pencipta.

 

Memang, terlalu banyak hujan itu tidak baik. Banjir terus menerus pun bisa menjadi luka. Tapi patut direnungkan, kenapa harus membenci hujan? Melulu mengeluh dan pesimis hanya karena hujan. Ketahuilah, tiada guna menangisi realitas. Bergeraklah untuk ikhlas menerimannya.

 

Sungguh, tidak ada hujan yang turun untuk memancing amarah dan kebencian. Karena sekali lagi, hujan adalah anugerah-Nya. Manusia hanya diminta untuk menerima dan mengambil hikmahnya. Dari setiap peristiwa, setiap realitas. Untuk menjadi lebih baik ke depannya.


 

Jangan membenci hujan.

Maka jangan pula membenci manusia. Bila tidak mampu mencintai, maka cukup berdiam diri. Jangan membenci siapapun, tidak peduli berapa banyak mereka bersalah padamu. Karena membenci itu menyempitkan hati dan menghilangkan rahmat Allah.

 

Bila hari ini, makin banyak orang yang merasa benar sendiri. Biarlah nanti waktu yang akan membuktikannya. Bisa jadi, karena mereka terbiasa membenci hujan. Sekalipun mereka meminum air yang diteguknya dari hujan.

Sungguh, tidak pernah memilih di mana ia akan turun. Begitu pula manusia. Maka jangan ada kebencia pada hujan, pada manusia. Aneh saja. Bila banyak manusia mengaku beragama, bahkan sibuk memeluk agama. Tapi di saat yang sama, mereka sibuk menghina dan merendahkan agama lain. Kebenaran agamis selalu dijadikan alasan untuk kemalasan berpikir rasional. Hingga gagal berhadapan dengan realitas.

 

Maka jangan membenci hujan, Karena hujan sama sekali tidak pernah membencimu. Maka jangan khawatir pula bila ada orang yang membencimu. Asalkan kamu tetap berdiri tegak tanpa membenci orang yang membencimu. Agar tidak kotor, agar tidak sempti hati dan hilang dari rahmat-Nya.

 

Hujan adalah literasi. Kehidupan pun literasi. Maka literasi sama dengan belajar.

Belajar untuk terus-menerus mengoreksi diri sendiri. Karena untuk mengoreksi orang lain sama sekali tidak butuh belajar, tidak butuh literasi.

 

Jadi jangan benci hujan. Bergembiralah di kala hujan. Dan ketika hujan turun, aturlah orangnya bukan airnya … Salam literasi #LiterasiHujan #JanganBenciHujan #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar