"Aduh!! hujan lagi, hujan lagi. Gagal dah rencana gue. Banjir deh rumah gue, sialan!”. Hujan pun dicela, dihujat. Hujan yang turun dari langit saja dibenci. Lalu kita bertanya, kenapa membenci hujan?
Jangan membenci hujan, Jangan mencaci-maki
hujan,
Karena hujan adalah rahmat Allah.
Dia-lah yang mengatur waktu, cuaca dan seluruh alam semesta. Bila membenci
hujan, mencela hingga memaki-nya. Itu sama artinya dengan mencela Allah yang
telah mengaturnya.
Tentu,
kamu boleh tidak suka hujan. Tapi jangan membencinya.
Karena faktanya, jutaan orang pun masih merindu
hujan. Ada jutaan manusia yang tertolong karena turunnya hujan. Bersuka cita
dan bergembira karena hujan menghampirinya. Hujan yang melahirkan air lalu diminum
banyak anak manusia. Maka hujan pun selalu turun. Tanpa peduli omongan orang,
tanpa peduli kebencian si manusia.
“Sialan hujan. Mana gak berhenti-henti lagi…” Begitu
kata sebagian orang yang membenci hujan. Hujan adalah anugerah Allah yang luar
biasa. Di awal tahun 2021 hujan, bisa jadi itu tanda melimpahnya kesehatan,
kesuksesan, dan keberkahan. Melimpahnya rahmat dan karunia Allah SWT, amin. Lalu,
kenapa masih membenci hujan?
Di mana pun, hujan tetap akan turun. Karena hujan
tahu selalu ada orang yang mengingatkan kehadirannya. Entah, karena cinta atau
benci. Atau karena bosan dengan musim kemarau berkepanjangan. Karena setelah
hujan, siapapun bisa melihat pelangi indah sesudahnya. Keindahan anugerah sang
pencipta.
Memang, terlalu banyak hujan itu tidak baik. Banjir
terus menerus pun bisa menjadi luka. Tapi patut direnungkan, kenapa harus membenci
hujan? Melulu mengeluh dan pesimis hanya karena hujan. Ketahuilah, tiada guna menangisi
realitas. Bergeraklah untuk ikhlas menerimannya.
Sungguh, tidak ada hujan yang turun untuk memancing
amarah dan kebencian. Karena sekali lagi, hujan adalah anugerah-Nya. Manusia
hanya diminta untuk menerima dan mengambil hikmahnya. Dari setiap peristiwa,
setiap realitas. Untuk menjadi lebih baik ke depannya.
Jangan membenci hujan.
Maka jangan pula membenci manusia. Bila tidak mampu
mencintai, maka cukup berdiam diri. Jangan membenci siapapun, tidak peduli berapa banyak mereka
bersalah padamu. Karena membenci itu menyempitkan hati dan menghilangkan
rahmat Allah.
Bila hari ini, makin banyak orang yang merasa benar
sendiri. Biarlah nanti waktu yang akan membuktikannya. Bisa jadi, karena mereka
terbiasa membenci hujan. Sekalipun mereka meminum air yang diteguknya dari
hujan.
‘
Sungguh, tidak pernah memilih di mana ia akan turun. Begitu
pula manusia. Maka jangan ada kebencia pada hujan, pada manusia. Aneh saja. Bila
banyak manusia mengaku beragama, bahkan sibuk memeluk agama. Tapi di saat yang
sama, mereka sibuk menghina dan merendahkan agama lain. Kebenaran agamis selalu
dijadikan alasan untuk kemalasan berpikir rasional. Hingga gagal berhadapan
dengan realitas.
Maka jangan membenci hujan, Karena hujan sama sekali tidak
pernah membencimu. Maka jangan khawatir pula bila ada orang yang membencimu.
Asalkan kamu tetap berdiri tegak tanpa membenci orang yang membencimu. Agar
tidak kotor, agar tidak sempti hati dan hilang dari rahmat-Nya.
Hujan adalah literasi. Kehidupan pun literasi. Maka literasi sama
dengan belajar.
Belajar untuk terus-menerus mengoreksi diri sendiri. Karena untuk
mengoreksi orang lain sama sekali tidak butuh belajar, tidak butuh literasi.
Jadi jangan benci hujan.
Bergembiralah di kala hujan. Dan ketika hujan turun, aturlah orangnya bukan
airnya … Salam literasi #LiterasiHujan #JanganBenciHujan #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar