Banyak orang paham. Bahwa budaya literasi itu penting.
Tapi nyatanya, Indonesia tergolong negara yang budaya literasi-nya
rendah.
Di kawasan
ASEAN saja, posisi budaya literasi Indonesia berada di bawah Singapura,
Malaysia, dan Thailand. Sebagai negara dengan penduduk terbanyak ke-5 di dunia,
masayarakat Indonesia dianggap tidak gemar membaca, menulis, berhitung ataupun
berkreasi yang menjadi ciri kuatnya tingkat budaya literasi suatu bangsa.
Terkadang suka bingung. Persoalan budaya literasi di Indonesia itu harusnya
dimulai dari mana sih? Taman bacaan atau perpustakaan yang harus diperbanyak.
Atau akses buku bacaan yang harus diperluas. Sementara gerakan literasi
nasioanl (GLN) sudah dicanangkan. Bahkan seminar dan diskusi akan pentingnya
budaya literasi digelar di mana-mana. Jadi, bagaimana harusnya bangsa Indonesia
memulia budaya literasi pada masyarakatanya?
Jika mau jujur. Rendahanya budaya literasi masyarakat itu memprihatinkan.
Karena tidak akan ada negara yang kompetitif di dunia ini bila tidak didukung
budaya literasi yang berkualitas. Maka mau tidak mau, tradisi baca dan budaya
literasi masyarakat sangat penting untuk dibangkitkan. Oleh siapapun dan hingga
kapanpun.
Karena setidaknya, ada 6 (enam) dampak fundamental dari rendahnya budaya literasi masyarakat, yaitu:
1. Tingginya angka putus sekolah. Karena tanpa budaya literasi yang kita maka kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan menjadi lemah, terlalu mudah untuk berhenti sekolah akibat ketidak-mampuan ekonomi.
2. Merebaknya kebodohan yang tidak berujung. Karena rendahnya budaya literasi menjadi sebab ketidak-tahuan di berbagai bidang imu pengetahuan. Sehingga sulit menjadikan masyarakat untuk sadar dan paham tentang peradaban.
3. Meluasnya kemiskinan. Karena budaya literasi rendah menjadi sebab rendahnya kompetensi dan lemahnya akses ekonomi. Kemiskinan akan terus-menerus merongrong dan kian sulit dipecahkan.
4. Meningginya angka kriminalitas. Tindakan kriminal atau kejahatan menjadi konsekuensi logis dari pendidikan yang rendah dan kemiskinan yang tidak berujung. Sehingga norma dan nilai kehidupan pun diabaikan.
5. Rendahnya produktivitas kerja. Karena tanpa dukungan budaya literasi yang memadai maka ilmu pengetahuan gagal diubah menjadi kreativitas yang produktif. Sehingga gagal mengoptimalkan potensi diri yang dimiliki.
6. Rentannya sikap bijak dalam menyikapi informasi. Akibatnya hoaks dan ujaran kebencian mendominasi kehiduoan dan media sosial. Hanya budaya literasi yang rendah pada akhirnya membuat sulit menyeleksi informasi benar atau tidak benar.
Itulah
dampak paling signifikan dari rendahnya budaya literasi masyarakat suatu
bangsa. Tentu, masih ada lagi dampak
lainnya akibat budaya literasi yang rendah. Maka sekali lagi, sudah saatny pemerintah
dan masyarakat menyadari akan pentingnya “menghidupkan gairah” budaya literasi
di masyarakat.
“Bangsa
Indonesia sulit berkompetisi di Asia bahkan dunia. Bila tradisi baca dan budaya
literasi masyarakat masih rendah. Maka gerakan literasi di manapun harus
memahami 6 dampak fundamental dari rendahnya budaya literasi masyarakat. Budaya
literasi tidak cukup hanya diseminarkan. Tapi terjun langusng ke lapangan dan
realisasikan dalam perbuatan nyata” ujar Syarifudin Yunus, pegiat literasi TBM
Lentera Pustaka.
Maka
sebagai solusi, budaya literasi harus didekatkan kepada masyarakat yang menjadi
target. Masyarakat yang daerahnya prasejahtera atau tingkat pendidikan
rata-ratanya rendah. Budaya literasi harus mampu menerobos seluruh lapisan
masyarakat. Dan harus ada program konkret untuk menggerakkan perilaku membaca
dan budaya literasi di masyarakat.
Patut
diketahui, budaya literasi bukanlah sebatas kegiatan membaca atau melek huruf.
Tapi lebih dari itu, budaya literasi pun mencakup kesadaran akan pemahaman
terhadap realitas kehidupan, Untuk lebih berorientasi pada solusi bukan hanya
sensasi. Karena masyarakat yang literat adalah masyarakat yang mampu memecahkan
masalah, menumbuhkan daya kreatif. Sehingga mampu mengangkat daya saing sebagai
individual maupun organisasi.
Maka,
budaya literasi harusnya dijadikan gaya hidup orang Indonesia. Bukan gaya hidup
konsumtif atau hedonisme. #BudayaLiterasi #TBMLenteraPustala
Tidak ada komentar:
Posting Komentar