Minggu, 24 Mei 2020

6 Dampak Fundamental Akibat Rendahnya Budaya Literasi Masyarakat Indonesia

Banyak orang paham. Bahwa budaya literasi itu penting.

Tapi nyatanya, Indonesia tergolong negara yang budaya literasi-nya rendah.

Di kawasan ASEAN saja, posisi budaya literasi Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Sebagai negara dengan penduduk terbanyak ke-5 di dunia, masayarakat Indonesia dianggap tidak gemar membaca, menulis, berhitung ataupun berkreasi yang menjadi ciri kuatnya tingkat budaya literasi suatu bangsa.

 

Terkadang suka bingung. Persoalan budaya literasi di Indonesia itu harusnya dimulai dari mana sih? Taman bacaan atau perpustakaan yang harus diperbanyak. Atau akses buku bacaan yang harus diperluas. Sementara gerakan literasi nasioanl (GLN) sudah dicanangkan. Bahkan seminar dan diskusi akan pentingnya budaya literasi digelar di mana-mana. Jadi, bagaimana harusnya bangsa Indonesia memulia budaya literasi pada masyarakatanya?

 

Jika mau jujur. Rendahanya budaya literasi masyarakat itu memprihatinkan. Karena tidak akan ada negara yang kompetitif di dunia ini bila tidak didukung budaya literasi yang berkualitas. Maka mau tidak mau, tradisi baca dan budaya literasi masyarakat sangat penting untuk dibangkitkan. Oleh siapapun dan hingga kapanpun.

 

Karena setidaknya, ada 6 (enam) dampak fundamental dari rendahnya budaya literasi masyarakat, yaitu:

1. Tingginya angka putus sekolah. Karena tanpa budaya literasi yang kita maka  kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan menjadi lemah, terlalu mudah untuk berhenti sekolah akibat ketidak-mampuan ekonomi.

2. Merebaknya kebodohan yang tidak berujung. Karena rendahnya budaya literasi menjadi sebab ketidak-tahuan di berbagai bidang imu pengetahuan. Sehingga sulit menjadikan masyarakat untuk sadar dan paham tentang peradaban.

3. Meluasnya kemiskinan. Karena budaya literasi rendah menjadi sebab rendahnya kompetensi dan lemahnya akses ekonomi. Kemiskinan akan terus-menerus merongrong dan kian sulit dipecahkan.

4. Meningginya angka kriminalitas. Tindakan kriminal atau kejahatan menjadi konsekuensi logis dari pendidikan yang rendah dan kemiskinan yang tidak berujung. Sehingga norma dan nilai kehidupan pun diabaikan.

5. Rendahnya produktivitas kerja. Karena tanpa dukungan budaya literasi yang memadai maka ilmu pengetahuan gagal diubah menjadi kreativitas yang produktif. Sehingga gagal mengoptimalkan potensi diri yang dimiliki.

6. Rentannya sikap bijak dalam menyikapi informasi. Akibatnya hoaks dan ujaran kebencian mendominasi kehiduoan dan media sosial. Hanya budaya literasi yang rendah pada akhirnya membuat sulit menyeleksi informasi benar atau tidak benar.

 

Itulah dampak paling signifikan dari rendahnya budaya literasi masyarakat suatu bangsa.  Tentu, masih ada lagi dampak lainnya akibat budaya literasi yang rendah. Maka sekali lagi, sudah saatny pemerintah dan masyarakat menyadari akan pentingnya “menghidupkan gairah” budaya literasi di masyarakat.

 

“Bangsa Indonesia sulit berkompetisi di Asia bahkan dunia. Bila tradisi baca dan budaya literasi masyarakat masih rendah. Maka gerakan literasi di manapun harus memahami 6 dampak fundamental dari rendahnya budaya literasi masyarakat. Budaya literasi tidak cukup hanya diseminarkan. Tapi terjun langusng ke lapangan dan realisasikan dalam perbuatan nyata” ujar Syarifudin Yunus, pegiat literasi TBM Lentera Pustaka.


Maka sebagai solusi, budaya literasi harus didekatkan kepada masyarakat yang menjadi target. Masyarakat yang daerahnya prasejahtera atau tingkat pendidikan rata-ratanya rendah. Budaya literasi harus mampu menerobos seluruh lapisan masyarakat. Dan harus ada program konkret untuk  menggerakkan perilaku membaca dan budaya literasi di masyarakat.

 

Patut diketahui, budaya literasi bukanlah sebatas kegiatan membaca atau melek huruf. Tapi lebih dari itu, budaya literasi pun mencakup kesadaran akan pemahaman terhadap realitas kehidupan, Untuk lebih berorientasi pada solusi bukan hanya sensasi. Karena masyarakat yang literat adalah masyarakat yang mampu memecahkan masalah, menumbuhkan daya kreatif. Sehingga mampu mengangkat daya saing sebagai individual maupun organisasi.

 

Maka, budaya literasi harusnya dijadikan gaya hidup orang Indonesia. Bukan gaya hidup konsumtif atau hedonisme. #BudayaLiterasi #TBMLenteraPustala


Tidak ada komentar:

Posting Komentar